"Hal yang membuat diriku bahagia?"
Jawab: 1. Orang tuaku bangga akan usaha yang aku lakukan untuk mereka
2. Aku bisa berguna bagi orang lain
3. Teman-teman ku masih mengenal aku
4. Aku masih bisa bernafas hingga saat ini.
Aku tidak akan menukar hidupku dengan orang lain, walau kawan-kawanku banyak yang lebih pandai dari pada aku, secara materi lebih terpenuhi, lebih canti ataupun lebih keren dibanding denganku. Aku bangga memiliki keluarga yang unik dengan segala kelebihan atau kekurangan yang kami miliki. Aku bisa beriman kepada Tuhan Allah, aku masih bisa menjadi diriku dan lebih di akui keberadaannya dari pada harus banyak bicara tapi tidak pernah diakui. Satu lagi, aku dapat memiliki sahabat sepertinya (Her) seseorang yang aku kenal dari TK hingga saat ini, sudah 13 tahun kami bersahabat. :) keep smile
Rabu, 17 April 2013
Minggu, 14 April 2013
Faithful Fanfiction chapter 2
Title: Faithful
Author: EunikeM (@eunike_keke0708)
Cast: Exo-K Chanyeol, F(x) Luna,
Exo-M Kris
Support cast: F(x) Krystal, F(x)
Sulli, Exo-M Lay and.. find it!
Genre: Romance, Frindship, comedy
(?) marriage
Rating: Teen
Lenght: Chaptered
Loha..loha! kembali
lagi bersama author yang cantik nan seksehhh *bibir monyong2* kalau bukan....
*jeng jeng* saya sendiri #pede #okesip #plak! Ini chapter dua dari FF pertama
sayo.. okehh kita mulai saja *kayak apaan aje* bila ini FF masih gaje, tetep
harus baca huhahahaa *bergaya ksatria baja hitam* maaf jika sedikit memaksa ^^v
mumumu :3. Oiya, lupa. Terimaksih yaa buat admin yang udah mau nge-publish FF
yang mungkin sedikit tidak bermutu ini :D
” Telepon itu berdering kembali, “Nomor yang sama” “halo? Ini dengan
siapa?” “maaf, tadi teleponku terputus. Ini.. em.. Chanyeol” “apa? Chanyeol.
Aku harus bersikap semanis mungkin” Luna berkata sambil menutup bawah
teleponnya agar tak terdengar oleh Chanyeol. “Oh, aku mengira kau siapa. Ada
apa Chanyeol?” “Em, aku mulai kesulitan lagi” “bagian mana?” “besok saja, ini
sudah larut malam.” “Ah, tidak apa-apa. Aku juga belum mengantuk” “kalau
begitu.. maukah.. k.. kau” “mau apa Chanyeol?” “aduh, bagaimana ya
mengatakannya?” “katakan saja, tidak apa-apa” “maukah kau menjadi..” “tut..
tut.. tut..” “Hah! Mati lagi?” “Dia mau menjadikanku apa?” “pacarnya? Aku pasti
siap!”
Ponsel Luna bergetar untuk kedua
kalinya. Ia tahu, jika yang meneleponnya saat itu adalah pangeran hatinya.
Segera tangan kecilnya mengambil ponsel miliknya. Kemudian, menekan tombol
berwarna hijau dan menempelkannya ditelinga sebelah kiri. “Chanyeol? Kenapa
teleponmu terputus.. lagi?” “maaf. Karena, aku mendapat bonus, jadinya
terputus-putus seperti ini.” “Pasti bonusnya hanya beberapa menit saja ya?”
“iya” jawab Chanyeol dengan sedikit tawanya yang menyejukkan hati Luna. “Ah,
tidak apa-apa. Ngomong-ngomong, kau ingin memintaku menjadi apa?” “maukah kau
menjadi.. eh.. pendampingku?” “apa? Pendamping? Maksudmu?” jantung Luna semakin
berdebar kencang. Ia pikir, ia pasti jadi pendamping hidupnya. “Pendamping
belajar ku, maukah kau?” “ah, aku kira” Luna terlihat kecewa dan tidak sengaja
mengeluhkannya lewat telepon hingga terdengar oleh Chanyeol. “kenapa? Tidak mau
ya? Baiklah, tidak apa-apa” “oh, bukan. Aku bersedia, me.. mengajarimu setiap
kali kau tak bisa” “wah, are you sure?”
“ya!” “Terimakasih Luna, kau memang wanita terbaik yang pernah kutemui” “ah,
jangan begitu. Aku menjadi malu. Em, aku sudah mengantuk Chanyeol. Jadi, aku
mau tidur dahulu. Bye!” “baiklah,
sampai berjumpa besok. Jangan lupa untuk berdoa sebelum tidur” “baik! Kau juga”
Luna mematikan teleponnya dan ia pun melonjak-lonjak kegirangan diatas kasur
empuknya. “Aa.. aku senang sekali. Beruntungnya aku!”
---***---
“Krystal!” panggil Luna dari
kejauhan. Krystal pun menoleh ke arah dimana ia dipanggil. “Hai! Ada apa?”
“hati ini sedang berbunga-bunga sayang” “Chanyeol?” “siapa lagi kalau bukan
pangeran hatiku yang satu itu?” “dia meminta nomormu, lalu menelepon mu.
Begitu-kah?” “bagaimana kau bisa tahu?” “mudah ditebak” “kau terlalu banyak
mengkonsumsi cerita detektif” “i’m the
Sherlock Holme’s fan” “pantas saja kau bertingkah seperti itu” “bukannya
kau juga?” sambil mencolek dagu kecil Luna. “memang iya” Luna menjulurkan lidahnya.
“Eh, memangnya dia ada urusan apa dengan mu?” “siapa?” “Chanyeol oppa meneleponmu karena hal apa?” “dia
memintaku..” “jangan membuat ku penasaran lagi!” Krystal menatap tajam tepat ke
bola mata Luna. “Aku tidak takut dengan tatapan wajahmu” “baiklah, katakan
sekarang. Apakah kau dijadikannya pacar? Atau.. sebagai.. pembantu?” Krystal
terdiam lalu tertawa sekeras mungkin mendengar perkataannya sendiri. “Jahatnya
kau!” Luna menyilangkan kedua tangannya dan berlaga seperti anak kecil yang
marah karena tidak dibelikan balon. “Wah, kakakku yang cantik ini marah ya?
Maaf kakak!” Krystal mencubiti pipi Luna dan memeluknya sambil meminta maaf.
“Baiklah aku beri tahu. Aku dijadikannya partner dalam membantunya belajar.
Puaskah anda?” “Oh, bagus kalau begitu!” “Semoga saja” Luna menundukkan kepalanya.
“Jangan begitu. Fighting!” “Baik! Kalau begitu, aku masuk kelas
dulu, selamat tinggal” “aku juga kalau begitu, bye!”
Ketika Luna menginjakkan kaki di
lantai koridor kelasnya, ia mendengar suara seorang laki-laki yang tak asing
lagi ditelinganya. “Apakah harus, aku mengatakan ini?” “lebih baik dan lebih
cepat, ayah katakan saja padanya.” Luna tidak sengaja mendengar pembicaraan
kedua orang itu dari balik pintu koridor. Rasa penasaran Luna semakin melunjak,
sehingga ia dekatkan telinganya ke sumber suara. Namun, ia sama sekali tak
disadari kehadirannya oleh dua orang tersebut. “Ayah tak ingin menyakitinya”
“bukankah ayah hanya tidak sengaja menabrak anjingnya?” “apa? Anjing?” Luna
berkata dalam hati. “Tidak hanya itu” “lalu?” “saat ayah hendak pergi ke Busan, ayah dalam posisi setengah
mengantuk, hingga ayah menabrak seseorang” “apa hubungannya dengan dia?” “aku
menabrak ayahnya ternyata” “apa? Ayahnya?” “sssttt.. jangan terlalu keras”
“ba.. bagaimana sekarang?” “ayah langsung meminta maaf dan bertanggung jawab
akan membiayai sekolah kedua anaknya hingga mereka lulus kuliah. Walaupun,
istrinya sudah mendapatkan suami lagi sekarang” “siapa memang anaknya?”
“keduanya menjajal bangku kuliah disini. Kakaknya bernama Luna dan adiknya
Lay.” Jantung Luna seakan ingin lepas detik itu juga. “A.. apakah itu.. su..
suara Wu seonsaengnim?” Ia mulai
memberanikan diri menengok kearah kedua orang yang sedang bercakap itu, dan
ternyata benar. Itu dosen Wu. “Berarti, selama ini? Dan tunggu, apakah itu
Kris? Ketua tim basket Universitas ini? Dia anak dari dosen Wu? Aku masih tidak
percaya! Sungguh kejam!” Luna ahkirnya memutuskan untuk berlari menuju kelasnya
dan merenungkan perkataan mereka berdua. “Apa? Luna? Lay?” “ya! Itu anak Lee seonsaengnim” “aku tidak percaya! Sekarang
ayah bersikap selalu mengacuhkan setiap Luna bertanya? Itu tidak tepat ayah!”
“ayah tau itu” “ayah tau? Kenapa masih dilakukan juga? Ayah mengerti jika aku
menyukainya!” “ayah juga tahu hal itu. Ayah pula yang memberikan anjing albino
itu dan ayah juga yang menabraknya” “sungguh keterlaluan! Tak kusangka!” Kris
pergi meninggalkan ayahnya begitu saja. “K.. Kris!” panggil ayahnya. Namun,
sang anak tidak menoleh. “Semoga ia tak katakan kepadanya, ya! Semoga!” Wu seonsaengnim berkata pada dirinya
sendiri.
---***---
“Sudah jelaskah semua?” “sudah seonsaengnim!” jawab serentak para
mahasiswanya. “Bagaimana ini, aku belum mengerti juga. Tapi, jarang ada dosen
yang menanyakan keadaan mahasiswanya.” “Luna, apakah kau tidak mau bertanya?”
“ah, tidak” “aku bisa belajar sendiri” Luna berkata dalam hati disertai dengan
keraguan akan kemampuannya belajar tanpa bertanya pada dosen kesayangannya.
Namun, itu dahulu.
Jam kuliah Luna sudah selesai. Ia
mengambil jurusan teknik kimia, cukup sulit memang, ia pun mengakuinya. Itulah
pemacu Luna untuk bertanya pada dosennya. Ponselnya mulai berdering. Satu kali,
dua kali dan ahkirnya deringan ketiga, baru ia tersadar. Pasti ada seseorang
yang menelepon, hingga beberapa kali. “Ha.. halo?” “kenapa teleponku yang
sebelumnya tidak kau angkat?” “maaf, aku melamun sebentar tadi” Luna mengatakan
kepada penelepon dengan malu-malu dan diselingi tertawanya yang khas. “Jadikah,
kau mengajari aku siang ini?” “bisa! Dimana?” “seperti biasa” “perpustakaan?” “yes” “baik, aku kesana sekarang” “aku
menunggumu.”
Sesampainya Luna di perpustakaan, ia
melihat Chanyeol sedang sibuk sedari tadi membolak balik bukunya dan bermain
dengan ponselnya. “Chanyeol?” “oh, kau sudah tiba. Maaf, aku sedang.. em, bisa
kau lihat sendiri” “yaampun, betapa rajinnya anak ini. Mengerjakan tugas dari
Wu seonsaengnim. Walaupun itu
dikumpul bulan depan” Luna mengagumi akan kerja keras lelaki dihadapannya.
Bahkan, dirinya sendiri belum menuangkan setitik kemampuan dalam menegerjakan
tugas tersebut. “Bagian mana yang belum bisa?” “sebenarnya, aku mau tanya
terlebih dahulu” “apa?” “apakah kau mendapat tugas ini dari dosen Wu?” Chanyeol
menunjukkan karyanya dihadapan Luna. “iya, aku mendapatkannya. Ada yang tidak
bisa?” “iya Luna, apakah kau sudah mengerjakan?” “belum” tawa khas Luna
menyertai perkataannya. “Baiklah, aku akan membantumu. Tapi, kau juga harus
bantu aku, karena aku belum mengerjakannya sama sekali” pinta Luna. “Baiklah.”
Suara derap langkah kaki seseorang
entah siapa, ingin memasuki perpustakaan kampus tersebut, dilihatnyalah dua
anak manusia sedang bercanda dan saling akrab satu sama lain. Ia hanya bersikap
biasa seolah tak ada apa-apa. Namun, dalam hatinya terasa panas. Ya, itulah
Kris, melihat sang pujangga hati bersama seorang anak buah tim basket kampusnya.
Ia ingin mendekat namun apa daya, hanya bisa mengurungkan niatnya. Sampai,
“Hei! Kris! Kemarilah!” saat kaki panjang milik Kris ingin melangkahkan keluar
perpustakaan, ia menoleh dengan sekuat tenaga, seolah tak sanggup melihat pujangga
hati bersama lelaki didepannya. “Eh, a.. ada apa Chanyeol?” “kemarilah!
Bergabung bersama aku dan Luna.” “Apa? Kris? Si kapten basket berwajah bak
malaikat pencabut nyawa? Putra dari seorang Wu seonsaengnim? Ayahnya telah menabrak ayah.. ah jangan berburuk
sangka dahulu!” protes Luna dalam hati. “Ba.. baiklah, aku kesana” “dengan
senang hati” jawab Kris, lagi-lagi dari dalam hatinya. “Kau kenal Luna?” “aku
kenal. Namun, aku tak tahu dia mengenalku atau tidak” Luna tiba-tiba bangkit
dan menatap tajam bola mata Kris, “salam kenal, aku Luna. Kau Kris sang kapten
basket-kah?” “I.. iya. Salam kenal” keduanya berjabat tangan dan saling
menunduk satu sama lain. Kris terlihat canggung terhadap mereka berdua. “Luna
bisakah kau mengajariku sekali lagi?” tangan Chanyeol sedang menjalar mendekati
jari-jari kecil Luna. “Bagian yang mana?” Chanyeol menunjukkan bagian yang ia
tak bisa. “Dari pada hatiku memanas dan semakin bengkak, lebih baik aku pergi
saja!” gerutu Kris dari dalam hati untuk kesekian kalinya. “Teman, aku sedang
ada urusan mendadak. Sepertinya, aku mengganggu kalian. Jadi, aku pergi dahulu
ya” Tiba-tiba, tangan kanan Luna menggenggam tangan kiri Kris, ketika ia hendak
berdiri meninggalkan tempat duduknya. “Urusan apa?” tanya Luna dengan lemah
lembut selembut kapas yang menyentuh telinga Kris. “Urusan? Yang pasti urusan
penting” Kris mengatakannya dengan perasaan berat. Karena, ia sudah berbohong
pada orang yang dicintainya dan sekarang berada dihadapannya sambil menggenggam
pergelangan tangannya. “Kena kau! Aku mengerti sekarang, bagaimana membedakan
orang yang jujur dan tidak. Kris! Kau sedang berbohong! I know!” Luna berkata dalam hati dengan nada kemenangan. Ahkirnya,
genggamannya dilepaskan dan Kris pun pergi melaju entah kemana.
“Hampir saja! Tapi, sepertinya Luna
mengetahui jika aku berbohong” Kris merasakan kepekaan Luna dan iapun merasa
bersalah karena berbohong kepada dua orang temannya. Terutama Luna. “Ah, itu
Kris! Kapten basket yang terlihat arogan, namun hatinya selembut malaikat dan
senyumnya semanis permen kapas. Ya! Tentu saja ketika ia tersenyum. Sungguh tak
sinkron dengan wajahnya. Satu lagi, ia menyukai kakakku, Luna. ayahnya pula
yang..” kata-katanya terputus ketika Luna menepuk pundaknya. “Ah, kakak! Sudah
selesaikah belajar dengan pujaan hatimu?” Lamunan Krystal terbuyarkan. Luna
terlihat begitu bahagia, sedari tadi senyum tak habis-habisnya membuat Krystal
curiga sekaligus khawatir dengan keadaan orang dihadapannya. “Kau baik-baik
saja kan?” punggung tangan Krystal ditempelkannyalah di dahi Luna, merasakan
hangat? Ya! “Sungguh baik! Aaa..” Luna berteriak sambil memeluk kencang dan
mengguncang-guncangkan tubuh orang yang ada dihadapannya. “wait..wait.. ada apa ini?” “aku..” “aku apa?” “aku..” “cepat
katakan kakak! Jangan buat ku penasaran!” “sedang menjalin hubungan asmara,
bahagianya!” lagi-lagi Luna berteriak sekencang-kencangnya. Karena Krystal malu
dengan kelakuan kakak tingkatnya, ia menutup mulut kakaknya yang lucu itu.
“Asmara? Dengan dia?” ujung jari krystal menunjuk lelaki yang sedang bermain
basket diujung lapangan. “Siapa lagi?” “jadi? Benar? Kakakku yang satu ini
sudah in relationship?” “yes!” “sejak kapan?” “sejak kami
diperpustakaan” “bukannya kalian baru dekat beberapa hari ini?” “itu bukan
masalah. Yang penting, kami saling menyayangi” “tapi, masalah bagiku” “kenapa?”
“aku kurang yakin dengan kalian? Apakah tidak bisa, kalian kenal lebih lama
lagi sebelum memutuskan untuk menjalin hubungan?” “tidak!” jawab Luna tegas.
“Bagaimana ceritanya?”
Telapak tangan Chanyeol mulai
mendekat ke arah jari-jari kecil Luna.”Ada apa dengan tangannya, kenapa semakin
mendekat dengan..” “Luna?” “ya?” lamunan Luna buyar seketika. Ketika seorang
laki-laki tampan nan rupawan memanggil namanya tepat dihadapan wajahnya yang
seputih susu. “Aku ingin mengatakan sesuatu padamu?” “apa itu?” “aku malu
mengatakannya” “sudahlah, kau kan memakai baju. Kenapa harus malu?” “kau ini,
bisa saja. Bagaimana ya?” “ayolah, beri tahu aku” Luna merengek seperti anak
kecil yang meminta permen kapas kepada ibunya. “baiklah, apakah kau mau?” “ya?”
“menjadi” “apa?” “my girlfriend”
“kekasih mu?” “iya” Chanyeol mengangguk puas dengan seulas senyuman diwajahnya.
“jelas saja. Ah, maaf.” “tidak apa-apa, mau atau..” Chanyeol mengelus kepala
Luna dengan lembut. “Mau!” Luna berbisik dengan sedikit berteriak agar tak
terdengar oleh seisi perpustakaan. “Mulaisekarang, kau adalah kekasihku. Kalau
begitu, karena ini sudah sangat sore, sebaiknya kau pulang “sayang.” Karena,
aku harus berlatih basket untuk tim kampus ini” “apa? Sayang?” Luna menjerit dalam
hatinya yang masih terkena ledakan bom atom dari “kekasih” barunya. “baik, aku
pulang sekarang. Krystal sudah menungguku diluar. Selamat bermain.. sayang!”
Luna sengaja menghentikan ucapannya, karena ia masih terlihat canggung dengan
panggilan “sayang.” “good bye!” “bye! Take care!” lambaian tangan
Chanyeol menyertai kepergian Luna. “Luna.. luna, kau ini” senyum termanis
Chanyeol sekali lagi terlukis diwajahnya.
“Sepanjang jalan kenangan..” Luna
menyanyikan bait lagu tersebut berulang-ulang hingga seorang wanita
disebelahnya merasakan agak sedikit aneh dan geli. “Bisa tidak, kakak mengganti
lagunya? Apakah lagu tersebut hanya berisi bait itu?” “memang tidak. Namun,
hatiku hanya terisi dengan bait tersebut” Luna menyetir dengan sesekali
menyunggingkan senyuman termanisnya. “Terserah kau saja!” sahut Krystal dengan
nada sekaligus tatapan datarnya. Luna ahkirnya sampai didepan rumah sang adik
tigkatnya dan menurunkannya disana. “Selamat tinggal Krystal sayang” sambil
melayangkan kecup jauh pada adiknya itu. “Selamat tinggal kakak! Jangan lupa
kirim pesan atau telepon aku. Bila ada masalah dengan kekasih baru mu” “ssstt..
ini masih rahasia” “baik! Terimakasih!” Luna melesat pergi dengan mobil silver
miliknya.
---***---
“Lay!” teriak Luna dari dalam
kamarnya. “apa?” “kemari!” “sebentar!” “kemarilah!” “sebentar lagi!” “ayolah
kemari!” “kakak, sebentar!” “kemari!” kesabaran Luna sudah tak bisa dibendung
lagi, otot-ototnya pun sudah muncul dipermukaan kulit mulusnya. “Hei! Aku ingin
cerita!” Lay tersontak dan spontan melempar PSP-nya.
Karena, ada seseorang wanita yang tak lain dan tak bukan, kakaknya sendiri
sedang berteriak tepat disebelah telinga adiknya. “Kakak! Jangan berteriak! Kau
mengagetkanku saja!” “sudah berapa kali aku memanggilmu bocah!” “tidak tahu”
jawab Lay polos. Wajah sang kakak pun memerah panas karena tak tahan melihat
kelakuan adiknya ini. “Lay! Kau!” “a.. ampun ka.. kak” “Kau! Awas kau!” “kakak,
aku minta maaf” Lay bersujud dengan telapak tangan kanan dan kirinya
dipertemukan, sambil kepalanya menengadah keatas. “Aku ingin cerita bocah!”
“i.. iya, tu.. tunggu dulu” “tunggu apa?” Lay mulai bangkit, lalu mengambil PSP yang ia lempar tadi. Tidak
segan-segan ia meninggalkan kakaknya yang sedang bersungut-sungut dan ia
berlari kearah ibunya. “Ibu! PSP
milik Lay rusak!” rengek Lay manja sambil memeluk pinggang sang ibu. “Kau ini
sedang kerasukan apa? Ha?” “PSP-ku
rusak, karena aku banting. Namun, itu tidak sengaja” “kenapa bisa kau lempar?
Sudah jangan seperti anak kecil, kau ini sudah mahasiswa bukan anak manja lagi”
“kakak!” Lay menunjuk dengan ujung telunjuknya kearah tempat berdirinya Luna.
Ahkirnya, Luna melayangkan protesnya.”Bukan aku yang salah! Pastinya kau! Sudah
kupanggil berjuta-juta kali kau tidak mau mendengarkan aku!” Luna bergantian yang
bertingkah anak kecil dengan ikut-ikutan memeluk ibunya, bukan memeluk
pinggangnya seperti yang dilakukan Lay. Melainkan, memeluk kaki sang ibu. “Ibu,
kakak hiperbola sekali. Aku sedih” “memangnya kau tidak hiperbola?” moment salik tunjuk menunjuk terjadi dan
mereka berdua seakan-akan berbicara sambil menitihkan air mata. “Sudah! Cepat
kalian berdiri. Kalian yang hiperbola! Cepat menjauh dari tubuh ibu!” Pinta
sang ibu sambil menyingkirkan tubuh mereka yang membuat ibu mematung untuk
beberapa saat. “baik bu, maaf” tanpa banyak bicara, mereka segera menyingkir
dari hadapan ibunya dan melesat menuju kamar Luna.
Setelah beberapa saat yang
melelahkan, melihat dua tingkah anak manusia yang perlu terjadi sebenarnya.
Segera Luna membicarakan sesuatu pada adik yang sangat ia sayangi. “Hei! Aku
ingin menceritakan sesuatu pada mu” “apa kakak?” “aku sedang... “ “sedang apa?”
“sedang..” “apa?” “sedang..” Luna yang memulai perdebatan diantar mereka
berdua. “Kakak! Jangan buat kita melakukan hal yang tidak penting seperti
tadi!” “baik! Aku sedang menjalin tali asmara dengan Chanyeol” jawab Luna
langsung pada intinya. “apa?” Lay terkaget-kaget mendengar pernyataan dari
kakaknya. “are you serious?” “ya!”
“sejak kapan?” “sejak tadi siang, bagaimana?” “apa yang bagaimana? Kau sudah
gila!” “kenapa?” “dia itu sangat senang mempermainkan perempuan” “ssttt... tak
boleh kau mengatakan yang tidak-tidak” tangan Luna dengan sigap memukul pipi
Lay, yang menurutnya itu hanyalah sekedar tamparan kasih sayang. Namun, bagi
Lay itu sangat menyakitkan. “Kakak! Sakit! Bisa kah tidak berperilaku seperti
ini dengan ku?” “sudahlah. Yang penting, apa yang kau katakan aku tidak percaya
dan tidak peduli” “terserah kau saja! Jika kau tahu yang sebenarnya, jangan
merengek padaku!” “baiklah!” Suasana hening sejenak. Ahkirnya, Luna memecah
keheningan. “Sudah, sudah. Sebaiknya kau keluar!” dikibaskannyalah tangan Luna
seperti gaya elegan untuk mengusir orang. “Dasar kakak yang tidak berguna” Lay ?”
“kakak salah dengar. Yang benar, kakak adalah seorang perempuan berparaskan
cantik nan seksi” jawab Lay datar dan baginya itu hanya bualan semata. Dengan
cepat, ia melarikan diri dari hadapan kakaknya.
---***---
“Luna sayang” sapa Chanyeol
“kekasih” barunya. “Oh, hai! Ada apa?” “kau tidak mengucapkan selamat pagi
kepadaku?” Chanyeol berlaga dengan lucunya dihadapan Luna. “baik! Good morning oppa!” “jangan panggil aku
dengan sebutan itu” “kenapa?” “karena, dia sudah..” Chanyeol segera membenahi
kaliamat yang terlontar dari mulutnya. “Dia siapa?” “maksudku, “dia” adikku
sudah memanggil aku dengan sebutan itu. Bagaimana dengan honey?” “baby?” “darling?” “honey saja” jawab Luna singkat. “Baiklah. Good morning honey!” “morning
honey!” sapaan Chanyeol di jawab dengan senyuman manis yang tersirat dari
wajah Luna. “Wah, kau manis sekali jika tersenyum” tangannya mencubit pipi
mulus milik Luna. “Ah, sakit honey”
“oh, maaf” tiba-tiba saja, tanpa Luna duga, bibir indah milik Chanyeol mendarat
di pipi Luna, dimana tempat ia mendaratkan mencubit pipi sang kekasih. “Apa? Apakah
ini mimpi? Chanyeol mencium pipiku” Sadar Luna dalam hati. “Luna?” lagi-lagi,
imajinasinya terlalu tinggi. “Oh, iya” “bagaimana, sudah tidak sakit lagi?”
“jelas tidak” Luna menjawab dengan malu-malu diikuti pipinya yang memerah. “Ayo!” tangan Chanyeol memegang pergelangan Luna
yang membuat jantungnya semakin melonjak ingin keluar dari perlindungan tulang
rusuknya. “Ah, kemana?” “bermain basket” “a.. aku tidak bisa memainkannya”
“akan aku ajarai, tenang saja.”
Sesampainya mereka di lapangan ujung
kampus, ada seorang laki-laki yang sedang berdiri menghalang matahari,
mengamati setiap sudutnya dan menemukan dua anak manusia sedang berjalan
memasuki lapangan dengan bergandengan tangan seperti sepasang kekasih. Atau
mungkin mereka adalah sepasang kekasih sungguhan. Lelaki itu hanya berdecak
kesal bercampur heran dan pergi melangkahkan kakinya mendekati mereka.
“Chanyeol! Kemari!” Seseorang yang dipanggil pun segera memalingkan kepala
menuju arah terdengarnya suara tersebut dan segera berlari menghampiri sesosok
laki-laki tersebut. “Ada apa kapten?” “jangan memanggilku seperti itu, aku
bukan kaptenmu” “tapi, kau itu kapten tim basket kampus” “ya.. memang iya.
Tapi, panggil namaku saja sudah cukup” “baik! Ada apa Kris?” “begitu baru
benar. Oh, aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu” “apa?” “aku dengar, kau
menjalin hubungan asmara dengan Luna. apakah itu benar?” “kau bertanya seperti
seorang reporter saja. Iya, kenapa?” “pantas saja kalian selalu berdua. Se..
selamat” Kris sangat berat hati untuk mengatakan ucapan “selamat” kepada
Chanyeol. Tangan kanan Kris diangkatnya pelan dan Chanyeol pun menjabat tangan
nya. “Terimakasih” “sama-sama, mau bermain basket denganku?” “boleh!” Mereka
pun segera berjalan menuju keranjang, dimana kumpulan bola basket tersebut berada.
Diambilnya satu bola dan mereka pun bermain bersama.
“Luna! ayo main!” “aku tidak bisa!”
“akan aku ajari, tenang saja!” Luna segera berlari kearah dua orang lelaki yang
tingginya jauh melebihi dirinya sendiri. Chanyeol mempraktekkan gerakan mendribble
bola, lay up bahkan slam dunk pun ia ajarkan kepada Luna.
“Dari pada pusing bagaimana cara bermain basket, lebih baik aku menghapal
seluruh rumus kimia beserta nomor atom, golongan dan periode yang ada di tabel
periodik” pikir Luna. Kris yang melihat kebersamaan mereka, merasakan sakit
yang luar biasa di bagaian lubuk hatinya. “Ayo Kris! Main bersama kami!” Kris
yang melamun sambil kedua tangannya memegang bola basket, tersadar akan
panggilan dari rekannya, Chanyeol. “Ah, kau saja. Aku lelah” “kenapa? Kita baru
saja main sepuluh menit yang lalu” “aku sudah main dari tadi” “aku tidak
melihatmu?” “mungkin” “ayolah!” tangan Chanyeol menarik lengan Kris dan
memaksanya ikut bermain. “Lebih baik kau pergi saja dari hadapanku, Kris!”
pekik Luna dalam hati. Ahkirnya, mereka bertiga bermain dibawah terik matahari
yang menghangatkan hati, terkecuali untuk Kris.
“Kris! Kemari!” terdengar suara
seorang lelaki dari jarak kejauhan yang berbisik sedikit keras, mengisyaratkan
untuk Kris mendekatinya. “apa?” Kris berkata tanpa suara. “Kemarilah! Penting!”
Kris segera berlari menuju orang itu tanpa diketahui Luna dan Chanyeol yang
masih sibuk dengan permainan basketnya.
“Ada apa?” tanya Kris terburu-buru. “Lihat ini!” “bukannya?” Kris menghentikan
kata-katanya karena bingung setelah melihat sesuatu yang ditunjukkan oleh
temannya, Luhan. “Kau yakin ini Chanyeol?” “yakin sekali!” “bukannya ini...”
Nah..
hohohoho....
Belcambung
lagi yaww..
Langganan:
Postingan (Atom)