Jumat, 28 Juni 2013

DON'T BE AFRAID OF THE DARK (fanficton EXO oneshot)



Author: EunikeM (@Eunike_keke0708)
Main Cast: Exo member
Lenght: Oneshooottttt
Rating: sedikit dewasa *bukan yadong*
Genre: Thriller, Horror, comedy(?)

Ai..ai... aim bek again!! :D *lambai-lambai* nahhhh skarang guwehh buat ff yang rada.. *rada apa hayooo?* bedalah sama ff ku yang faithful pokoknya!! Baca loooo :D *peace. Oyaa please comment yaa.. maap juga kalo ada typo2 dan sodara2nya bertebaran disini:p dan

Jam dinding yang berdiri megah disebelah lemari penyimpanan barang-barang antik milik keluarga ini menunjukkan pukul 11.00 KST. Rumah yang rupanya bagai istana ini dihuni oleh dua belas pria tampan. Mereka semua bersaudara kandung. Namun, orang tua mereka hanya berkunjung sebulan sekali untuk menjumpai kedua belas anaknya *banyak bener-.-* Walau orangtuanya adalah pemegang perusahaan otomotif terbesar di Jepang. Mereka berduabelas menolak dilayani oleh para housekeeper  yang telah disediakan oleh orangtua mereka.


---***---

Tiga orang lelaki tengah duduk santai sambil menonton televisi tiga dimensi berukuran sembilan puluh inchi dan dikedua sisinya terdapat speaker home teater  yang tingginya hampir menyamai mereka. Lelaki ini bernama, Sehun, Luhan dan Kris. Mereka sungguh menikmati momen-momen dimana saatnya mereka menonton film diruangan yang sengaja dibentuk seperti bioskop kecil dan film horror yang paling mereka sukai dengan seluruh lampu yang ada diruangan tersebut dipadamkan. Sambil sesekali dua mahluk pengganggu memasuki ruangan tersebut dan berpura-pura akting seperti hantu.

“Kau dengar, mereka menonton film horror lagi” lelaki ini sedang menempelkan telinganya kepintu bioskop yang berada dalam rumahnya. “Sini, aku juga mau dengar” lelaki yang satu lagi pun ikut-ikutan. “Kalau begitu, kita kerjai mereka lagi!” “setuju!” kedua lelaki yang satu termasuk paling tinggi dan satunya lagi tidak terlalu pendek ataupun tinggi. Yang tinggi tadi bernama Chanyeol dan satunya lagi diberi nama Kai. Segera dengan hati-hati, mereka berdua membuka knop pintu bioskop-bioskop-an tersebut dan mengendap-endap masuk.

Mereka berdua kini telah berada dibelakang tempat duduk Luhan dan Kris. Dengan segala usaha mereka, kini mereka akan berakting seperti layaknya zombie. Tangan Kai menjalar kebawah bangku Luhan dan bersiap menarik kaki kanannya. Sedangkan Chanyeol akan mencengkram bahu Kris agar ia terlonjak dan terkejut. Untuk Sehun, maknae satu ini pasti juga akan ikutan terkejut walau tak dikagetkan langsung sekalipun. “1.. 2..” Chanyeol memberi aba-aba untuk melancarkan aksinya tersebut, dan.. “3!”

“Hyaaaaa!!! Hantu!!!!” Luhan mulai berteriak histeris. “Aaaa... apa? Ada hantu???” diikuti oleh Sehun yang berada ditengah-tengah Kris dan Luhan. Sedangkan Kris? “Oh, hantu? Atau Chanyeolll!!!!!!” Kris berbalik dan menatap manik mata Chanyeol dengan berapi-api. “Mi.. mian hyung^^ itu idenya Kai” Chanyeol yang sudah menduga bahwa Kris akan berlaku seperti ini pun hanya bisa cengar-cengir sambil memperlihatkan barisan giginya yang besar dan putih. “Eits, kau juga mau saja kuajak seperti ini, hyung~” Kai mulai mengelak.

“Ah! Kalian ini selalu mengusik kesenangan kami” kini giliran Luhan yang berkomentar. “Iya! Kalian itu kakak-kakak yang tidak baik!” Sehun lagi-lagi ikutan berkomentar sambil menunjuk-nunjuk dada Kai dan Chanyeol. “Ahahaha.. sorry we just bercanda, ok?” Kai yang sok-sokan menggunakan kata bahasa Inggris, membuat Kris menuai protesnya. “Kalau mau bicara pake bahasa Inggris, ya bahasa Inggris bukannya malah dicampur-campur begitu!!!” Kini terlihat sekali amarah Kris yang sampai dipuncak ubu-ubun dan mereka berdua pun ahkirnya lari tunggang langgang keluar ruangan. “Ah, i.. iya hyung.. mi.. mian” teriak Chanyeol dan Kai bebarengan. “Mereka ini selalu saja mengacau!” Kris kembali memutar badannya dan duduk menikmati film Hollywood don’t be afraid of the dark yang masih diputar, diikuti Luhan dan Sehun. Tiba-tiba beberapa menit kemudian, “Kris.. Lu..luhan, Se..sehun” terdengar suara lirih seorang lelaki memanggil nama mereka dari ujung ruangan. “Kamjonggg!! Yolliepop!! Jangan berisik!!” Luhan meninggikan suaranya, mengira itu adalah mereka si biang kerok. “Lollipop dudul!” Kris yang berada paling ujung, memukul puncak kepala Luhan dengan tangan kirinya melewati kepala Sehun. “Awww.. sakit!” “sssttt!! Diam hyung~ ini sedang seru-serunya” si maknae-pun segera meletakkan jari telunjuknya didepan bibir dan menyuruh kakak-kakaknya ini diam.
At dining room

“Yeol hyung.. Kris hyung benar-benar seram tadi” Kai sedikit merasa kapok dengan perbuatannya kali ini sambil ia meneguk segelas air mineral dingin yang membasahi kerongkongan keringnya. “Iya, aku saja menjadi takut” Chanyeol pun ikutan merasa kapok. Beberapa detik setelah itu, mereka berdua mendengar teriakan tujuh oktaf Luhan dari arah ruang bioskop yang tidak mereka tutup dengan rapat. “Kenapa lagi itu bocah?” Chanyeol bertanya acuh tak acuh. Sementara Kai hanya menggidikkan bahunya dan berlalu bersama Chanyeol ke ruang bermain.

At games room

“Kamjong! Ayo main PS!” “Yaa!!! Jangan panggil aku Kamjong!!!” “oh, baik-baik. Ayo Jong-jong, kita main!” Chanyeol dengan senyum seribu giginya sangat membuat Kai ingin muntah. “Hyung~ apa bedanya Kamjong dan Jong-jong, haaaa?!!” “tidak ada” Chanyeol dengan gaya santainya menjawab pertanyaan Kai dengan menjulurkan lidah dan terjadilah aksi kejar-kejaran hingga tumpuk-tumpukan diatas karpet didepan layar LED tv bersama game PS-4 dan Wii-nya.

“Ah, sudah-sudah! Aku capek Kai” Chanyeol berdiri dari acara menindih punggung Kai dan membuat posisinya duduk. “Awww! Punggungku sakit hyung. Sudah tahu badanmu besar masih menindih aku!” ujar Kai dengan posisi yang masih tertelungkup dan menggembungkan pipinya. “Mian  Kai, ehehehe.. ayo main sekarang!” “baiklah! Tapi, aku ada usulan” “usulan apa?” “bagaimana kalau kita main game kejar-kejaran zombie saja di PS. Ayah kemarin pulang membawa segudang game PS!” “yang benar? Tapi, kenapa harus main zombie sih?” Chanyeol jujur saja paling anti dengan yang berbau-bau zombie apalagi hantu. “Bilang saja kau takut!” “a.. aku tidak takut!” Chanyeol menyangkal. “Baiklah kalau begitu, kita main sambil lampu padam. Bagaimana?” Kai hanya bisa melihat hyung-nya ini berkeringat dingin dan ia mencoba menggoda sambil mengeluarkan senyum licik khasnya. “Senyummu yadong Kai!” “enak saja kau! Ayo main sekarang!” “okelah, akan aku buktikan kalau aku tidak takut” “baik! Aku matikan dulu lampunya.”

“Klek.. klek.. klek..”

Ketiga saklar lampu yang ada diruangan tersebut diturunkan kebawah oleh jari-jari Kai dan ahkirnya lampu-pun padam.
         
Mereka mulai menyalakan TV sekaligus PS-nya. Setelah selesai, Kai memasukkan permainan “zombie hunter” kedalam PS-nya dan menyalakan LED TV dengan layar yang megah (red: 80 inchi). Diubahnyalah dari gambar 2D ke 3D. Dengan begitu, mereka bermain sambil memakai kacamata khusus tiga dimensi agar gambar dan permainan terasa lebih nyata. Chanyeol yang merasa feeling-nya buruk, memegang kacamata saja tangannya bergetar hebat dan ahkirnya dengan mengumpulkan energi positif sebanyak mungkin, ia memberanikan diri bermain game yang ia anggap mengerikan dan sedikit menjijikkan itu. Iapun rela jika permainan kali ini, Chanyeol kalah telak dari Kai.
         
Disela-sela permainan mereka, terdengar sebuah suara lelaki yang terasa seperti berat dan serak. “K.. kai, Ch.. Chanyeol..” suara inipun memanggil nama mereka berdua. Sayang, Kai dan Chanyeol terlarut dalam serunya permainan serta kerasnya speaker bass  yang sengaja mereka kencangkan. Tenang, tidak bakal ada tetangga yang marah karena keberisikan anak-anak ini. Karena, disetiap ruangan (kecuali ruang tamu dan kamar mandi) terpasang karpet peredan suara. Orang tua mereka mengerti, anak-anaknya sangat senang berteriak-teriak dan bermain. Apalagi saat tengah malam dan esoknya libur, seperti saat ini.
At D.O’s and Kai’s bedroom

          “Yaa!!! Hyung!!! Kembalikan ponselku!” seorang lelaki yang dengan jengkelnya berdiri dan berteriak sambil berkacak pinggang, merasa dirinya telah dipermainkan oleh kakaknya sendiri. “Ambil ini kalau berani!!” lelaki satunya lagi yang memiliki lesung pipit saat menjulurkan lidah ini mengangkat dengan gaya L death note tinggi-tinggi. Tidak sadar, bahwa yang dipermainkan olehnya jauh lebih tinggi. “Aha! Dapat!” sekali tangkap, lelaki yang tingginya hampir menyamai Kris dan Chanyeol berlari kearah kakaknya yang mengangkat ponselnya dengan jijik tadi dan mendapatkannya kembali.  “Yah.. aku kalah lagi” namja berlesung pipit ini tertunduk kepalanya sambil berjalan menuju gerombolan “si narsis” diujung sisi kamar. “Makanya hyung.. nyadar dong kalau aku lebih tinggi” kini lelaki yang telah mendapatkan kembali ponselnya bergembira ria dan berlonjak-lonjak. Namja ini bernama Tao. “Ya.. ya.. terserah kau Tao! Hyung mengalah!” si lesung pipit atau yang biasa disapa dengan Lay ini duduk bersandar disebelah saudaranya sambil mengibas-kibaskan telapak tangan kearah Tao, pertanda ia menyerah.

          “Eh, kita foto dulu. Ayo!” seseorang yang memiliki kamar ini dan anak paling ehem.. pendek mengajak saudara-saudaranya berfoto bersama. Begitu dengar kata “foto”, mata mereka yang tadinya sudah sayu-sayu hampir menutup. Kembali terbuka dan berlarian kearah D.O, si empunya kamar. “Ayo hyung..!” “Ayo.. ayo” begitulah histeria mereka sambil menarik-narik kaos, celana, dan rambut D.O. Apalagi si anak paling sulung berubah perilaku seperti anak kecil demi ikut berfoto. Ya! Dia dipanggil Suho. Yang biasa diberi mandat oleh orang tua mereka mengurus adik-adiknya bersama Kris, Luhan dan Xiumin. Begitu pula dengan saingan D.O ketika ia menyalurkan hobi bernyanyinya. Baekhyun, hyung-nya yang satu ini memang benar-benar gemar berfoto. Setiap ada adik atau kakaknya yang akan mengambil self camera, ia pasti meminta untuk ikut.

          “Aduh.. aduh.. Tao, jangan tarik lenganku sakit, Lay hyung jangan tarik kakiku, Suho hyung jangan jambak rambutku. Aw.. aw.. appo! Baekhyun hyung jangan tarik-tarik celanaku. Aaaa... nanti melar bajunya.. aduh.. rambutku nanti rontok dan bla..bla..bla...” begitulah keseruan mereka “memperlakukan” D.O hanya demi sebuah self camera. “Oh.. maaf!” seru mereka berempat. “Sudah puas menarik baju, celana dan menjambak rambutku? Haaa???!!” teriak D.O didepan muka mereka. “Yasudah, ayo kita berfoto. Aku akan ambil camera milik Suho hyung” sela D.O. Segera, Suho yang tidak terima camera-nya diisi foto selain foto-foto dirinya. “Eits, jangan pakai camera-ku. Kenapa tak pakai i***ne 5 mu saja? Itu sudah lumayan kok” “kau lihat, ponselku sedang aku charge. Camera-ku dibawa appa. So, can i borrow your camera oppa?” D.O memohon sambil ber-aegyo ria. “Baiklah, baiklah. Jangan sampai rusak, lecet apalagi jatuh” “siap bos!
          D.O berjalan keluar kamarnya dan menuju keruangan sebelah. Dimana kamar Suho terletak dan didalam lemari kaca sebelah tempat tidurnya, terdapat camera SLR dengan tele *bener kagak tulisannya?* yang panjang berwarna putih, sama persis seperti yang digunakan para wartawan ketika hendak mengambil gambar saat pertandingan bola berlangsung. Ia pun berjinjit dan meraih camera beserta tele tersebut. Perlahan, ia keluarkan dari lemari tersebut dan kemudian berjalan keluar dari kamar kakaknya.

          “D.O is back!!!” dengan bangga dan diangkatnyalah camera Suho sambil berlagak seperti super hero, ia memasuki kamarnya dan terlihatlah wajah “sumringah” mungkin lebih terlihat seperti singa yang kelaparan, dari para lelaki tampan yang ada diruangan tersebut. “Kenapa kalian menatapku seperti itu?” D.O mulai curiga dengan tatapan saudara-saudaranya ini. “Ayo kita serbu!!!” Suho mengarahkan “pasukan”-nya agar cepatcepat mereka berfoto ria. “A.. a.. i.. iya sabar hyung-hyung dan adikku ku sayang”

          Kali ini, keadaan sudah mulai terkontrol. D.O memasang threepod *bener gak penulisannya hehhe^^v” yang berjarak satu setengah meter dari mereka. Karena kamar Kai dan D.O yang paling luas, mereka memasang camera didepan lemari Kai dan D.O. mereka berlima bergaya didepan jendela raksasa sejajar dengan lemarinya. Camera  tersebut diset menggunakan timer agar semuanya dapat berfoto dan mengambil gambar hingga sepuluh kali.

“Klik.. jepret... klik.. jepret..” begitulah bunyinya dan seterusnya. Segala pose dari mulai manly hingga girly, mereka tunjukkan.

          “Ayo.. ayo! Lihat fotonya!” teriak si raja photogenic, siapa lagi jika bukan Baekhyun. Begitu mereka mengambil camera tersebut dan melihat kesepuluh gambarnya, terlihat sesuatu mengganjal dari balik jendela kamar Kai dan D.O. “Hy..hyung, ini apa?” tanya Tao yang mulai ketakutan dengan gambar tangan hitam dibalik tirai jendela yang terpampang jelas disetiap foto mereka. “Hyung ju.. juga tidak tahu” jawab Suho dengan bibirnya yang gemetar. D.O yang berusaha berpikir positif mengatakan, “apa mungkin lensanya kotor?” “tidak mungkin D.O-yah! Jelas-jelas ini tangan dan lihat..” teriak Lay berikutnya. “Pertama tangan, kedua, ketiga, keempat muncul seperempat badannya dan yang kelima, keenam, ketujuh, kedelapan, kesembilan, kese.. kesepuluh. Badannya!!! Kyaaa!!!” Baekhyun yang memulai histeria ini dan tiba-tiba, “trep.. trep.. trep..” seluruh lampu yang ada dirumah bak istana itu padam.

          “Kyaaa...!!! aaaa!! Huwaaa!!!” “Aaaa....” “Hy.. hyung.. kau dimana???” “hyaa!!” dan “Hyung.. to.. tolong aku.. aku tidak dapat melihat!!” teriak Baekhyun dengan bodohnya. “Ini mati lampu, pabo!” Lay memukul puncak kepala Baekhyun tapi yang terkena pukulnya adalah Suho. “Aw!! Kau salah pukul!” itulah keadaan, kegelisahan, kehisteriaan dan kebodohan yang mereka lakukan dalam gelap.

At kitchen

          “Chen-chen!! Bantu aku masak untuk anak-anak” Chen yang sedang keluar dari kamar mandi langsung merasakan rangsangan indera pendengarannya. “Hah? Kau memiliki anak hyung?” “aish! Kau ini! Anak-anak maksudku saudara-saudara kita” jawab Xiumin frustasi. Si anak tertua dikeluarga Kim ini memang biasa diberi tugas memasak makan malam. Karena, makan pagi hingga siang Lay yang mengurus dan seharusnya makan malam D.O dan Xiumin. Tapi, apa daya? Kalau D.O sudah berkumpul dan meminta ijin pada hyung-nya ini untuk ber”foto”ria, ia tidak akan bisa menolak. Kenapa? Karena, D.O mengancam akan merusak tanaman anggrek bulan dan kaktus dibelakang rumah mereka yang Xiumin rawat hingga tetes darah penghabisan.

          “Oh, aku kira anak-anakmu sungguhan” Chen pun tertawa lebar sambil deretan giginya terlihat. “Oya hyung, mau masak apa?” “aku juga bingung, apa kau bisa ambilkan aku buku memasak di lemari itu?” Xiumin menunjuk lemari kecil dibawah tangga yang berisi ratusan buku. “Baik hyung!” “tumben kau baik?” “apasih yang tidak kalau untuk mu?” Chen berjalan sambil matanya dikedipkan sebelah kearah Xiumin. Jujur saja, ia ingin muntah seketika itu juga. “Aih, geli~” Xiumin merinding karena kedipan sebelah mata Chen.
          “Ini bukunya hyung” Chen menyodorkan sebuah buku resep masakan kepada Xiumin yang sedang memakai apron. “Baik. Thanks” “ok hyung” “sekarang kita memasak.. em..” terlihat Xiumin berpikir dan..

“Trep.. trep.. trep..” semua lampu padam tiba-tiba. Dua orang manusia ini mulai histeris dan hanya bisa berdiam diri didapur.

          “Hyaaa... hyung~ mataku.. mataku buta!! Oh tidak!” “pabo!!  Ini mati lampu, aduh!!” “oh” hanya satu kata itu yang Chen suarakan. “Lalu kita bagaimana? Ada senter-kah?” tanya Xiumin yang bermaksud memutar badan kearah Chen. Tapi, yang ditatapnya adalah seseorang yang memanggil nama mereka dengan lirih dan serasa tak berdaya. “Ch.. chen.. Xi.. Xi Luhan eh, Xiumin..” dan tangan Xiumin tiba-tiba digenggam oleh sesosok manusia tak diketahui wujud dan keberadaanya tersebut. “Kyaaa!!! Chen.. apa yang kau lakukan???” teriak Xiumin seperti sedang menyanyikan lagu aliran heavy metal. “A.. aku tidak melakukan ap.. apa-apa hyung” jawan Chen dengan bulu kuduk yang merinding.

          Lima menit berlalu, lampu-lampu yang diruangan tersebut menyala dan yak! Bingo! Seseorang tinggi besar sedang memborgol tangan Xiumin dan Chen. Ia memakai topeng ala film scream . “Aaa... si.. siapa kau?” dengan sigap, manusia bertopeng ini menyekap mulut Chen dan Xiumin menggunakan sapu tangan yang sudah diolesi obat penenang atau obat bius. Seketika itu juga, “brukk!” badan mereka –Xiumin dan Chen- jatuh saling tindih. Lelaki ini menyeretnya hingga ke ruang tamu.

At living room

          Dalam keadaan yang remang-remang, kudua belas pria ini disekap dan diborgol. Benar saja, suara yang memanggil nama Kris, Luhan dan Sehun didalam bioskop tadi adalah seseorang yang telah bersembunyi dibalik lemari besar yang ada di dalam bioskop mini tersebut dan sesaat setelah mati lampu, lelaki bertopeng ini menyekap mereka bertiga agar tidak terjadi kegaduhan berlanjut. Kedua, saat Kai dan Chanyeol bermain PS, ada seseorang dibalik sofa yang ada di ruang permainan dan memanggil nama mereka. Lelaki bertopeng ini sedikit pundung akibat suaranya tidak digubris oleh kedua mahluk yang sedang asyik bermain PS. Walau ahkirnya, saat lampu padam, segera ia berlari dan menyekap mereka berdua, lalu menyeretnya turun tangga hingga sampai ke ruang tamu kini.

          Ketiga, bayangan hitam yang terpampang di setiap foto Tao, D.O, Suho, Baekhyun dan Lay adalah lelaki bertopeng yang sejenis dengan tiga kawan lainnya yang menyekap saudara-saudara mereka juga. Setelah mereka berlima bingung dan ketakutan karena melihat hasil foto yang terdapat bayangan mengerikan tersebut, lampu padam dan lelaki bertopeng ini melompat dari balkon luar jendela kamar Kai dan D.O. Agar aksinya berlangsung cepat, tanpa basa-basi lelaki ini menyekap mereka berlima seorang diri. Maklum, empat lelaki bertopeng tersebut sudah ahli dalam dunia martial art, sedangkan kedua belas namja yang disekap hanya Tao yang bisa bela diri. Tapi apa daya, ia keburu panik dan berteriak-teriak histeris sendirian.

          Kedua belas saudara kini telah diposisikan duduk melingkar di atas karpet seputih salju dan menghadap keempat lelaki bertopeng itu. Semenit kemudian, mereka semua mengerjap-kerjapkan mata mereka dan keadaan mereka masih lemas akibat pengaruh obat bius yang mereka hirup. Salah satu diantara mereka yang duluan sadar mulai terlihat panik. “Ke.. kenapa ak.. kita di..” “hei! Siapa kalian?” Kris, yang tersadar duluan meronta panik dengan tangan yang masih terborgol dibelakang punggung. “Anak manis, jangan takut, kami tidak akan memakan mu. Mungkin, hanya menembuskan peluru pistol ini ke arah dadamu” lelaki yang telah melepaskan topengnya mendekat kearah Kris dan menegakkan dagunya menggunakan pistol sambil mensejajarkan posisi mereka.

“Kau mau apa ha??!!” Kris mulai naik darah. “Permainan apa-apaan ini?” pikirnya. “Aku hanya mau..” “jangan sakiti saudaraku, pabo!” Xiumin, selaku yang paling tua dan ia sudah sadarkan diri menyela pembicaraan mereka. “Hei baozi! Kau diam saja! Tak usah banyak cakap!” lelaki bertopeng ini berdiri dan menodongkan pistolnya kearah Xiumin. “Jangan, pernah, panggil, aku, dengan sebutan baozi!!!!” teriak Xiumin yang membuat semua ornag diruangan itu menutup telinga. “Sebenarnya kalian ada urusan apa? Kita salah apa? kalian siapa? Kenapa bisa masuk kerumah kami? Dan..” Tao si ahli wushu membuat salah satu lelaki bertopeng pusing akan segudang pertanyaan yang dilontarkannya. “Aaahh! Dia kau Tao! Cerewet!” “ihhh! Ya maaf, tanya saja tak boleh!” seru Tao dengan garangnya.

“Sudah.. sudah, kalian berdua belas tidak usah berisik, ini sudah pagi anak-anak” seseorang bertubuh tambun keluar dari balik pintu masuk rumah mewah itu. “M.. Mr.Lee?” teriak mereka berdua belas. “Ya, that’s me” “mau apa kau?” tanya Luhan sinis. “Oya, aku belum perkenalkan keempat lelaki ini. Baik, yang menyekap Kris, Luhan dan Sehun bernama Kevin. Yang menyekap Kai dan Chanyeol bernama Harry. Yang menyekap..” belum selesai Mr. Lee memperkenalkan anak buahnya, Luhan sudah naik darah hingga ubun-ubunnya mau pecah. “Haaahhh! Aku tanya mau apa kau??!!” Luhan meronta-ronta karena tangannya diborgol. “Sssttt.. kubilang jangan berisik anak-anak manis.” “Cih!! Aku tahu maksudmu!” sela Kris dengan nada datar dan dingin. “Memangnya apa anak tampan?” Mr.Lee mendekat kearah Kris dan mengelus pipinya. “Lepaskan tangan kotormu! Kau iri kan terhadap orang tua kami yang bisa menyaingi perusahaanmu? Ha??!!” “Ouhhh.. betul sekali jawabanmu” Mr.Lee berada tepat didepan wajah Kris dan segera mengeluarkan pistolnya lalu ditodongkan kearah kepala Kris.

“Kalian berdua belas, bersiaplah!” Mr. Lee berserta keempat anak buahnya menodongkan pistol kearah dua belas lelaki didepannya. “Dengan hitungan ketiga, kalian semua mati!” kata-kata yang begitu pelan namun menusuk keluar dari mulut Mr. Lee. Tanpa basa basi, ditariklah pelatuk pistolnya dan...

“Door... Door.. Door.. Door...”

          Satu persatu dari mulai anak tertua hingga yang termuada semuanya terkapar dengan posisi duduk dan tangan terborgol dibelakang punggung mereka. Ada yang terkena peluru dikepala, diperut, didada bahkan karena Mr. Lee sangat tidak menyukai Kris, ia menembakkan beberapa kali pelurunya kearah kepala dan dada Kris hingga karpet yang tadinya seputih bulu domba, kini berubah menjadi warna merah, bersimbah darah. Bau anyir dimana-mana. Mata kedua belas lelaki ini tidak ada yang tertutup, bahkan ada matanya yang tertancap peluru, Chen salah satunya.
          “Habislah riwayat kalian semua!” bisik Mr.Lee pada mereka.

---***---





          Tiba-tiba, semua lampu dinyalakan dan.. “Yeayyy!!! Keren!” teriak member EXO bersamaan. “Kerja kalian bagus, dan lihat seluruh camera effect yang crew kita gunakan juga terlihat sangat nyata”. Salah satu crew effect visual  yang duduk menonton film hasil pengerjaannya berdiri dan menunduk sembilan puluh derajat. “Thankyou all!

We proud of you guys, good job!” sang sutradara memberi ucapan selamat kepada para pemain termasuk kedua belas member EXO dan kelima tokoh antagonis tadi. Mereka baru saja melihat hasil film layar lebar pertama mereka dan bangga akan hasilnya serta tiket penjualan yang tentu saja memberikan banyak untung pada seluruh crew dan pemainnya sendiri. “Setelah ini kita akan pesta!!!!” teriak sang sutradara. “Yeayyy!!” “yoohoooo~” “Asikk.. pesta!” “makan-makan..!!” begitulah ramai dan sukacita yang terpancar dari semua yang terlibat dalam pembuatan film tersebut.
END

Bagaimana??? :D keren gak? Ancur gak? Heheh please comment yaaa J thanks sekali lagi for reading my fanfiction. Babayyy~

Minggu, 09 Juni 2013

Fanfiction Chapter 3


Title: Faithful
Author: EunikeM (@eunike_keke0708)
Cast: Exo-K Chanyeol, F(x) Luna, Exo-M Kris
Support cast: F(x) Krystal, F(x) Sulli, Exo-M Lay and.. find it!
Genre: Romance, Frindship, comedy (?) marriage
Rating: Teen
Lenght: Chaptered 

A-Yo whaddup! *sok nge-rap kayak Kris #ups* okehh, ni udah chapter tiga, moga makin H.O.T ceritanya *apaan coba?* baik! Langsung sajoh! Dimulai no! *sok italiano* dn maacih buat autol yg udtah nelbitin *sok celat dan emang unyu #plak* check this out! Semoga ini tidak geje okehhhh Happy reading!!!! J oyaa sorry yaa kalo rada-rada sok sinetron gt, yg penting gak ada yg ditukar-tukar kok putrinya *sebut merk* :p dan lagi, ini Ffku g dibuat ada POV alias point of viewnya yaa biar kayak di novel2 terjemahan itu *sok bgt* wkwkwk. Happy reading J
“Kris! Kemari!” terdengar suara seorang lelaki dari jarak kejauhan yang berbisik sedikit keras, mengisyaratkan untuk Kris mendekatinya. “apa?” Kris berkata tanpa suara. “Kemarilah! Penting!” Kris segera berlari menuju orang itu tanpa diketahui Luna dan Chanyeol yang masih sibuk dengan  permainan basketnya. “Ada apa?” tanya Kris terburu-buru. “Lihat ini!” “bukannya?” Kris menghentikan kata-katanya karena bingung setelah melihat sesuatu yang ditunjukkan oleh temannya, Luhan. “Kau yakin ini Chanyeol?” “yakin sekali!” “bukannya ini...”
“I.. ini foto.. mi.. milik Chanyeol dan..” “sepertinya aku mengenal perempuan dalam foto ini” “aku juga sebenarnya mengenali. Tapi, apa daya? Ingatanku lupa” Luhan memukul lembut pertanda kasih sayang tepat diatas kepala Kris yang mulus, “jangan berlaga tahu, please!” “Aw, sakit kepalaku” Kris mengeluh dengan memegangi puncak kepalanya yang tadi terkena pukulan kasih sayang dari sahabatnya.
“Ini..” “siapa?” tanya Kris antusias. “Vic..” “siapa?” “Vic..” “apa? Siapa?” “Vict..” “jangan buat aku emosi, Luhan!” mata Kris menatap tajam bola mata Luhan. “Ah, maaf. Ampun kapten!” “jangan panggil aku kapten!” “baik, kawan!” “begitu baru benar.” “Ini foto Chanyeol bersama Victoria”Luhan ahkirnya buka syara.  “Apa? Vic.. vic.. victoria? Teman kita yang sekarang berada di China?” “iya! Mau siapa lagi?” “bukannya Chanyeol sekarang dengan Lu..” “ssstttt! Setahuku, Chanyeol sudah memiliki kekasih sebelum bersama Luna. “Berarti, dia berselingkuh?” “Ya! Bisa dibilang seperti itu” “jadi..” “sstttt! Mereka datang!” Luhan menghentikan sebentar pembicaraan mereka. “Bersikap seperti biasa! Lelaki tampan dan good looking!” “Hiperbola kau!” Sekarang, bergantilah kepalan tangan Kris menyakiti kepala kawannya. “Sakit tau!” Kris hanya menjulurkan lidahnya.
Hei! Sedang apa kalian disini? dan itu..” Chanyeol mulai menunjukkan batang hidungnya dihadapan Luhan dan Kris. Mereka berdua menelan salivanya dalam-dalam, takut aksinya diketahui oleh Chanyeol, jika mereka menggeledah ponselnya. “Itu, ada semut diatas kepalamu Luhan” tangan Chanyeol sedang menjalar keatas kepala Luhan dan mulai mengambil seekor semut yang bersarang disitu. Oh, untung saja katanya dalam hati disertai oleh hembusan napas Kris dan dirinya. “Oh, iya! Ini ponsel dan tasmu. Maaf, aku permisi dahulu, aku ada perlu dengan perempuan disebelah sana” ujung telunjuk Luhan menunjuk wanita yang sedang berdiri. “bilang saja Krystal” Kris pun mencibir. “Sudah, diam saja kau! Aku sedang tidak ingin mengakuinya sebagai adik. Baiklah! Aku pergi sekarang! Selamat bersenang-senang” Luhan segera berlari kearah adiknya yang sudah menunggu diujung lapangan. Ia pun melambaikan tangan kearah tiga orang kawannya. Aduh! Aku bisa mati karena canggung kalau begini Kris berkata dalam hati yang membuatnya ingin pergi secepat kilat. “Em, aku juga harus menemui ayahku. Jadi, aku pergi dahulu ya” “bukannya ayahmu sedang mengajar?” Luna tiba-tiba menjawab alasan Kris. “Ah, benarkah?” “baru saja ia masuk ke kelas atas” “bagaimana kau tahu?” “dia dosen favoritku. Jadi, aku tahu jadwalnya mengajar dan tidak” “oh! Baiklah” hanya dua kata tersebut yang terlontar dari mulut Kris.
Chanyeol merasa ada sesuatu yang mengganjal. “Aduh!” ia menggeliat seperti cacing kepanasan. “K.. kau kenapa Chanyeol?” Kris yang melihatnya dengan tatapan mengherankan dan mengerikan. “E.. e.. ini” “ini kenapa?” tanya Luna panik sambil memegang tangan Chanyeol. Kumohon, jangan berlaga seperti itu didepanku! gumam Kris dalam hati dengan sinisnya. Ahkirnya, Chanyeol pun angkat suara, “aku ingin ke kamar mandi.” Kris dan Luna sama-sama memasang muka datar dan rasanya mereka ingin sekali memakan Chanyeol hidup-hidup saat itu juga. “Cepat! Kekamar mandi sana! Membuat khawatir saja!” suruh Kris. Tanpa banyak bicara, Chanyeol segera ke kamar mandi, dan terjadilah kecanggungan yang luar biasa diantara mereka berdua.
Ah, sial! Kenapa aku harus berada disini bersama lelaki yang namanya tabu ditelingaku ini! Luna mengumpat dalam hati. Kris pun berkata sesuatu dalam hatinya, namun bukan umpatan. Jika aku bisa berbicara tanpa rasa grogi sama sekali, aku akan mengatakan ini padamu.” Dengan keringat dingin yang mengalir di sekujur tubuh Kris, ia memberanikan diri untuk memecah keheningan diantara mereka berdua. Memang, reaksi Kris kali ini sedikit berlebihan dari biasanya. “Eh, Lu.. luna?” “apa?” Luna menjawab tanpa memalingkan wajahnya sedikitpun. “Aku ingin bertanya sesuatu pada mu” “tanya saja” “apakah kau bisa mengajariku trigonometri?” “kau masuk jurusan matematika, hampir lulus pula. Masih belum mengerti? Sejak sekolah menengah kan sudah diajarkan” tiba-tiba, Luna memalingkan dan menatap wajah Kris dan berkata dengan cerewet juga agak menyombongkan diri. Karena, heran akan pertanyaannya dan menurut dirinya itu tidak masuk akal. Sekali lagi, itu hanya menurutnya. “Ya.. ya.. ba.. bagaimana ya? Itu kelemahanku dari dulu, maaf” “kenapa minta maaf?” Kris menggaruk punggung lehernya dan tunduk kepala seperti seorang anak kecil yang berbohong pada ibunya. “Ah, mungkin kau berpikir itu aneh dan tidak masuk akal. Mahasiswa semester tujuh matematika belum juga paham yang seperti itu” “kenapa ia tahu apa yang aku pikirkan? Kenapa semuanya serasa seperti detektif favoritku?” batinnya. “Baik.. baik, dari pada kau tidak lulus dan memalukan nama tim basket. Akan aku ajarkan!” jawab Luna dengan sedikit frustasi. “Ba.. baik! Terimakasih” Kris membungkukkan badannya sembilan puluh derajat dihadapan Luna dan Luna pun mengikutinya.
Selesai berekskresi di kamar mandi, Chanyeol berlari kecil keluar dan kembali ke arah dua orang pribumi yang ia tinggal tadi. Tetapi, “kemana mereka semua?” tiba-tiba, ponsel Chanyeol bergetar dan ia segera mengambil dari saku celananya dan melihat ada pesan dari siapakah itu? “Chanyeol, maaf aku pulang dahulu ya! Aku masih memiliki banyak urusan. Bye!” dan satu lagi pesan dari seseorang yang tak asing lagi. Siapa lagi kalau bukan kekasihnya, Luna. Honey! Maaf, aku harus menjemput Lay di studio. Jadi, aku pulang dahulu. Selamat tinggal dan sekali lagi aku minta maaf. Barang-barangmu aku titipkan pada Luhan. ^^” “Ah, yang benar saja? Mereka meninggalkan aku” Chanyeol segera mencari dimana Luhan berada, disitu pula harta benda alias barang-barangnya berada. Ia mendapatkan Luhan di kantin Universitas bersama dua orang temannya.
---***---
Sudah lebih dari sehari Luna menjalin hubungan dengan Chanyeol. Namun, ditengah-tengah hubungan yang mereka jalani, ada sebuah kejanggalan dan membuat hubungan mereka entah itu membaik atau retak. Entahlah, akan terjadi seperti apa.
“Kris, jadi tidak aku ajari?” Ternyata mereka berdua sudah bertukar nomor telepon semenjak Chanyeol meninggalkan mereka diujung lapangan. “Ah, Luna!” pikir Kris. Jari-jari Kris satu persatu menekan tombol yang ada di layar ponselnya. “Iya! Aku tunggu di perpustakaan setelah mata kuliah mu selesai, hanya lima belas menit saja sudah cukup! Terimakasih!” Setelah mata kuliah dari Wu seonsaengnim selesai, Luna hendak bertanya. Namun, niatnya bertanya diurungkan kembali. “Ada apa Luna?” Wu seonsaengnim mulai tersadar akan sikap dan gerak gerik Luna yang terasa seperti orang gelisah. Ia juga mengubah jalan pikirannya untuk tidak berlaku ketus terhadap mahasisiwinya yang satu ini. Walaupun begitu, teteap saja Luna membenci dosen kesayangannya. “Tidak ada apa-apa” jawabnya seakan tak peduli. Mendongkakkan kepalanya pun tidak. “Apa kau sakit?” “tidak seonsaengnim, aku baik-baik saja.” “Aneh sekali dia. Apa gara-gara aku tak pernah merespon pertanyaannya? pikir Wu seonsaengnim. Kenapa sekarang dia yang banyak tanya?pekik Luna dalam  hati.
Selama 120 menitlah, kelas Luna dimentori oleh Wu seonsaengnim. Baru kali ini istirahat pergantian jam mata kuliah berlangsung lama, sangat lama. Yang biasanya hanya tiga puluh menit paling lama, bahkan sepuluh menitpun pernah. Sekarang, satu jam ia beristirahat sejenak untuk menunggu mata kuliah selanjutnya. Ia ingat sesuatu, beranjak dari tempat duduknya dan pergi melangkah ke perpustakaan.
“Apakah kau sudah lama menunggu disini?” “baru saja aku kemari” Kris mempersilahkan Luna duduk menghadap dirinya agar dapat beratatap muka secara langsung. Sejujurmya, Kris hanya berpura-pura untuk meminta Luna mengajarinya.
“Katamu kemarin, kau tidak paham dengan trigonometri, kenapa malah kau yang lebih tahu dibanding aku? Padahal kau kan memintaku untuk mengajarimu” “ah, benarkah? Tidak juga” Kris bertanya dan tersipu malu. Luna hanya dapat terdiam dan sedikit terkagum akan kemampuan mengingatnya. Ia seperti buku matematika berjalan. “Kau pintar juga” “terimaksih” lagi-lagi Kris tersipu malu dengan perkataan Luna. Mereka berdua terlihat seperti peristiwa saat Chanyeol bersama Luna. Terlihat sangat akrab, saling bercanda dan tertawa bersama. “Ssstt...” tegur sang penjaga perpustakaan. “Oh, maaf. Kami terlalu berisik” jawab Luna masih dengan tertawa kecil bersama Kris.
Derap langkah kaki sesorang terdengar dari luar perpustakaan. “Aduh, kenapa ditelpon tidak bisa, ku kirim pesan juga tidak dibalas. Bagaimana ini?” karena wanita yang disebelah laki-laki ini menatap dengan tatapan aneh, si laki-laki ini pun menuai protesnya. “Hei! Kenapa kau memandangku seperti itu?” “kakak terlihat seperti lelaki posesif” “diriku ya seperti ini. Kau terima tidak memiliki kakak posesif? Apakah aku selalu membuntutimu? Tidak juga kan?” “siapa bilang?” “kapan?” “aku baru meninggalkanmu selama satu jam saja kau sudah bingung mencari ku” “namanya seorang kakak harus memberi perhatian lebih terhadap adiknya” “ah, terserah kau saja. Aku pergi menemui Krystal dulu! Selamat tinggal dan selamat bersenang-senang kakak!” “dasar adik tak tahu diuntung!” gerutu lelaki itu. Dua orang bersaudara, perempuan dan laki-laki yang memulai percakapan dan mengahkirinya di luar ruang perpustakaan, ialah Chanyeol dan adiknya, Sulli. Ahkirnya, Chanyeol memutuskan untuk memasuki ruang perpustakaan. Namun, apa yang dilihatnya? Kekasih hatinya sangat akrab dengan kapten tim basket universitas tersebut, dan naasnya, mereka terlihat seperti dirinya sedang bercengkrama bersama kekasihnya, Luna.
“Ah, Chanyeol? Sedang apa kemari? Maaf, tadi ponsel ku mati. Karena, low batt.” “ya” hanya satu kata tersebut yang diungkapkan oleh Chanyeol, segera Kris menyingkir dan membiarkan Chanyeol menarik lengan Luna keluar ruangan. “Apa yang kau lakukan? Sakit lenganku” Luna menyerngit kesakitan. Sedangkan Kris merasa bersalah, ia pikir bahwa Chanyeol akan cemburu melihat mereka. “Yang kulakukan adalah..” Chanyeol memberhentikan kata-katanya, dan ia melanjutkan lagi setelah beberpa detik. “Aku cemburu! Puas kau?” “a.. apa? Cemburu? Kau ini lebay sekali, jangan seperti sinetron chanyeol.  Aku kan hanya..” “sudah diam! Aku tidak tahan melihat kau dan Kris” “aku hanya memberinya pelajaran sebentar” “kau berbohong! Jangan-jangan ketika aku meninggalkan kalian ke kamar mandi, kau berselingkuh dari ku?” “selingkuh? Tidak.. tidak” “sebaiknya, kau pergi sekarang juga atau kita putus?” “apa? Pu.. putus?” “iya!” “ba.. baiklah aku akan pergi” “silahkan!” Chanyeol mempersilahkan Luna lalu dari hadapannya. Luna segera kembali ke perpustakaan untuk mengambil tasnya dan pergi meninggalkan Kris. “Luna, a.. ada apa? Chanyeol marah?” “Bukan urusanmu!” Luna berkata lebih dingin dari pada Kris, dan pergi kembali ke dalam kelasnya. Lima menit lagi, kelas Luna akan dimulai. “Salah lagi batin Kris. Bagaimana bisa ia menyampaikan “rasanya” kepada wanita itu jikalau keadaan selalu seperti ini? “aku memang bukan jodohnya, apa boleh buat?” tiba-tiba Kris dikagetkan oleh sesosok mahluk entah muncul dari mana? Yang sedang berdiri di belakang Kris dan menepuk pundaknya. “Ah, kau mengagetkanku saja, ada apa sayang?” “sayang?” wajah sosok laki-laki ini berubah menjadi tidak berbentuk. Karena, shock mendengar panggilan “sayang” dari kawannya ini. “Aku hanya bercanda, kawan” Kris tertawa terbahak-bahak setelah melihat mimik wajah kawannya ini. “Reaksimu lucu sekali” “kau sungguh terlalu” Lu han, sosok pria di hadapannya tergeleng kaget. “Aku sungguh shock dengan panggilanmu.” “ah, sudahlah. Aku hanya bercanda. Tidak perlu khawatir, aku masih normal Lu han.” “iya, aku mengerti. Ngomong-ngomong, kau tidak optimis akan cintamu kah?” “maksudmu?” “kau merasa dirimu tidak berjodoh dengan Luna?” “ba.. bagaimana bi.. bisa kau tahu?” “tadi kau mengucapkannya” “ah, benarkah?” “kau seperti ingin berbisik. Namun, masih terlalu keras” “aku bingung. Aku takut jika Luna benar-benar marah. Karena, Chanyeol cemburu dan ia membentak Luna tadi” “memang ada apa?” rasa keingintahuan Luhan mulai muncul. “Aku meminta Luna untuk mengajariku di perpustakan. Tapi, Chanyeol salah mengerti” “biar saja! Aku tahu gelagatnya seperti apa!” “maksudmu?” “sudahlah, ayo kita latihan. Kita akan terlambat bila terus menggosipkan dia” “kau harus beritahu aku dulu!” “nanti saja, Kris. Dia ada disana, lagipula kita akan terlambat latihan nanti!” “tapi, setelah latihan, kau harus memberitahuku!” “siap!” Lu han berpose sigap dengan hormat seperti tentara yang akan berperang. “Ayo!” ajak Kris mengalungkan lengannya ke pinggang kawan disampingnya, Kris seperti sedang bersama kekasihnya. Yang merasa dijamah pingganggnya pun shock untuk  kedua kalinya. “Kris, please!” “maaf, Luhannie” “Ouh! Kris kau menjijikkan!” Lu han agak jijik kerana merasa temannya ini sudah tidak normal. “Jangan mentang-mentang kau tidak berjodoh dengannya, kau memiliki rasa padaku diam diam!” “sssttt..” Kris membungkam mulut Lu han dengan kedua tangannya hingga wajah kawannya ini tak terlihat. “Hei kapten! Kalau ingin membungkam mulutku, ya mulutku saja! Jangan seluruh wajahku! Aduh!” kata Lu han menggebu-gebu. “Baik Luhan, maaf” Kris sangat suka menggoda kawan sepermainannya yang satu ini. “Ah, sudahlah, ayo berangkat!” Luhan dan Kris segera melesat menuju lapangan untuk latihan. Karena, tiga hari lagi akan ada pertandingan  antar kampus di Seoul.
---***---
“Kakak! Kakak! Jangan bunuh diri kak!” Lay, ya! Itu Lay, yang menggedor-gedor dan hampir mendobrak pintu kamar Luna, karena kakaknya itu tak kunjung keluar kamar. “Kakak keluar! Atau aku dobrak pintumu!” lima menit, belum kunjung keluar juga. “satu.. dua.. ti..” tiba-tiba kamar pintu Luna terbuka dan naas saja, Lay jatuh tersungkur tepat di bawah kaki Luna. “Kau sedang bersujud kepada ku? Tidak usah repot-repot untuk bersujud pada wanita cantik seperti ku” meledaklah tawa Luna yang membahana, membawa ayah dan ibu mereka naik keatas untuk melihat keadaan sekitar. “Ada apa ini?” tanya ayahnya dengan panik. “Kenapa Lay.. seperti ini?” ibu nya pun tak kalah panik. “Kakak, lama sekali didalam kamar, aku kira ia ingin bunuh diri” dengan sigap Lay menutup mulut, karena bicaranya mulai melantur. “Tidak ibu! Tidak ayah! Lay hanya mengada-ada, aku berdandan di dalam kamar” “ah, benarkah?” Lay melongo dan menatap Luna heran. “Kenapa bisa sampai satu jam untuk berdandan?” “namanya juga perempuan Lay” ayahnya menyahut. “Betul kata ayah!” Luna ikut-ikutan, “sudah-sudah, ayo berangkat! Kalian sudah besar, tidak boleh ada kata terlambat. Ambil sarapan kalian lalu bergegas ke kampus, cepat!” “siap bu!” mereka segera berlari menuju ruang makan, mengenakan sepatu dan berangkat bersama. 
Sesampainya mereka di kampus, terlihat pemandangan yang tidak menyenangkan, amat sangat tidak menyenangkan. “Lay, itu yang bersama Chanyeol siapa?” “itu Sulli, biasanya dia ikut kelasku” “Sulli? Dia satu jurusan dengan mu?” “iya, ada apa kak?” “kenapa dia selalu bersama Chanyeol?” “kau cemburu?” “beritahu aku dulu siapa dia?!” “adik dari Park Chanyeol” “adiknya? Kenapa tidak mirip?” “tanya saja pada yang membuat, memang aku ini orang tua mereka apa?” “ah, baiklah! Aku kira ia siapa.  Aku tidak cemburu! Bye!” Luna pergi begitu saja meninggalkan Lay di halaman kampus. Karena, pemandangan yang tidak menyenangkan itu ternyata hanya salah sangka saja. “Kakak! Kau meninggalkan aku sendirian!” teriakan adik bungsunya yang masih kekanak-kanakan itu memberhentikan langkah Luna dan kembali menghampiri Lay. “Ayo!” Tangan sang kakak menggandeng tangan adiknya, sungguh pemandangan yang buruk bagi lelaki diseberang sana. “Sulli, yang bersama Luna itu siapa?” Sulli terlihat menyipitkan matanya dan mengamati lelaki yang berjalan bersama Luna. “Ah, itu Lay. Kakak angkatanku yang mengulang mata kuliah yang sama denganku” “memangnya mereka ada hubungan apa?” “mereka kakak beradik. Jangan bilang kau cemburu melihat mereka?” Chanyeol hanya tertawa kecil merasakan tingkahnya sendiri, ia sama seperti Luna saling salah sangka.
“Kakak!” “Ah, iya?” Luna dikagetkan dengan suara seseorang yang juga ia anggap seperti adik. “Lama aku tidak berjumpa denganmu, bagaimana?” “Krystal! Bagaimana apanya?” “Chanyeol?” Tutur krystal to the piont, “baik-baik saja” jawab Luna acuh tak acuh “aku dengar, kau baru saja bertengkar dengannya ya?” “bagaimana kau tahu?” Luna menatap tajam mata Krystal “dari kakakku” “Lu han?” “iya” “pasti dari Kris” “iya” Krystal menjawab sambil manggut-manggut. “Aku bertengkar karena nya” “Kris?” “iya, siapa lagi?” “dia cemburu?” “iya, bagaimana kau tahu lagi?” “dari Lu han kakak” Krystal mulai gemas dengan kakak tingkatnya yang satu ini. “Gara-gara kau mengajari Kris di perpustakaan dan Chanyeol melihat, lalu ia membentakmu dan kau membentak Kris juga?” Krystal menceritakan sesuai dengan yang Luhan katakan padanya, “iya, aku sungguh benci dengannya” “dengan Chanyeol atau Kris?” “pastinya Kris, mana mungkin dengan Chanyeol” “buktinya tadi? Ketika kau melihat Chanyeol bersama Sulli?” “ba.. bagaimana kau tahu? Jangan-jangan kau stalker?” “memangnya twitter? Tidak. Aku mendengar ceritanya dari Lay” “dia dekat denganmu?” Luna bertanya. “Aku, Sulli dan Lay biasa bersama” “kenapa aku jarang melihat kalian bertiga?” “hanya di perpustakaan saja” Krystal pun tertawa, namun Luna hanya memasang wajah datarnya. “Tadi itu hanya gurauan Lay saja. Aku tidak cemburu” tangan Luna menggaruk punggung lehernya, “aku tahu kau berbohong kepada ku, katakanlah” Krystal tersenyum licik ingin sekali kalau Luna mengaku bahwa dia memang cemburu. “Baiklah, awalnya memang aku cemburu. Ketika aku tahu yang sebenarnya, tidak jadi” Luna tersenyum kecil. “Kau ini seperti sinetron saja!” “Hei itu kata-kataku ketika Chanyeol cemburu melihat aku bersama kapten basket itu” kata Luna. “Sebut saja namanya” Krystal mulai menggoda Luna. “Aku benci dengan namanya!” “Kalau orangnya benci tidak?” lagi-lagi Krystal menggoda Luna. “Sama saja! Sudahlah tak usah bahas dia.” “Baiklah, baik. Kau tahu tidak?” “tahu apa?” kali ini Luna yang penasaran “dia menyukaimu?” Krystal menjawab. “Dia siapa?” “otakmu mulai melambat lagi?” kata Krystal mulai frustasi, “siapa? Siapa? Kakakmu?” “bukan, tapi Kris” “kau tahu dari.. biar aku tebak! Lu han lagi?” “iya, dia menyukai mu sejak masa ospek pertama kali. Kakak ku bilang, kau satu kelompok bersama Kris, dan dari situ ia mulai menyukaimu” “iya, aku ingat! Aku pernah kedapatan permainan couple dan aku dipasangkan dengan Kris beberapa kali. Biasa mana ada lelaki yang tak tahan akan pesonaku” Jawab Luna sambil mengibaskan rambutnya. “Aduh kak! Kutumu terbang semua” Krystal terkikik. “Ish, kau ini! Tapi, tetap saja aku membencinya!” “sebegitu bencinya kau pada dia?” “kau mungkin tahu atau mungkin tidak tahu kenapa aku sangat membencinya” “benci bisa menjadi jatuh cinta. Hati-hati!” “iya, aku tahu. Tapi, tetap aku membencinya” “coba aku tebak. Karena, ayahnya?” “ba.. bagai.. ma.. mana kau tahu? Siapa yang memberitahumu? Lu han lagi?” Luna mulai gelagapan dengan segala informasi yang Krystal dapat tentang dirinya.  “Siapa lagi jika bukan kakakku yang satu itu” “dia bercerita bagaimana?” “ia berkata demikian..” Krystal membenarkan pita suaranya dan merapikan pakaiannya, layaknya seseoarang yang ingin membacakan undang-undang. double you seonsaengnim pernah menabrak ayahmu. Karena, ia sedang mengantuk dan tidak sengaja. Aku juga turut berduka cita atas itu kakak. Ia ahkirnya mau bertanggung jawab pada keluargamu, dan ayah kandungmu itu ternyata dosen kampus ini juga. Ayah angkatmu juga teman lamanya.” “be.. benarkah? Jadi ayahku yang sekarang itu.. ayah.. angkat?” tanya Luna kaget, “iya, benar sekali!” “ke.. kenapa aku tidak mengetahuinya?” “ketika ayah kandungmu meninggal, kau masih diurus oleh bibi Eli, dan umurmu masih satu tahun, sedangkan Lay saat itu sedang berada dalam kandungan ibumu.” “ah, ibu menutupi ini?” “bisa jadi, ia tidak ingin mengagetkan kalian” “aku masih belum percaya, lalu?” Krystal pun melajutkan kembali kaliamtnya. Namun, Krystal sedikit berpikir. “Ah, Lu han kakakku hanya menceritakan itu saja” “ah, yang benar saja? Pasti masih berlanjut?” rasa penasaran Luna semakin menjadi. “Aku juga tidak tahu, kau tanya langsung saja kepada yang bersangkutan” “kau gila?” “tidak” Krystal menajwab dengan entengnya dan entah mereka berdua kembali tertawa disela-sela heningnya lapangan kampus.
---***---
            Luna terus berpikir dalam jalannya menuju tempat parkir, dimana letak mobil peraknya berada. Tanpa sengaja ia menabrak seorang wanita berparaskan lebih tinggi dibanding dirinya. “Ah, maaf. Aku ti..” Luna memberhentikan kaliamatnya. “Tidak, aku yang seharusnya meminta maaf” “S.. Sulli? Kau adik Park Chanyeol kan?” “ah, kakak. Iya! Benar! Oh, iya aku ingin memberitahukanmu sesuatu. Mungkin, ini sedikit membuat perasaanmu tidak enak. Namun..” belum selesai Sulli melanjutkan kalimatnya, Luna sudah semakin penasaran. Apakah ada kaitannya dengan Chanyeol? Mungkin.
Diajaknyalah Sulli ketempat yang sunyi. Hampir tidak ada satu orang pun yang lewat ditempat tersebut. “Jelaskan padaku sekarang!” “a.. a..” Sulli berbicara terbata-bata, karena Luna memerintahnya dengan keras. “Ah, maaf. Aku terlalu keras ya? Baiklah, jelaskan padaku ya” “baik kakak. Aku hanya ingin menunjukkan foto ini” Luna terpelongo memandangi foto lewat monitor ponsel milik Sulli, ia kaget setengah mati. Bahkan tak sanggup berkedip. “Maaf kakak, aku harus memberitahumu sekarang. Bila tidak, kau mungkin akan merasa lebih kaget lagi dibanding ini.” “i..ini.. Cha.. Chanyeol?” “benar kak. Ia bersama pacarnya” Sulli tertunduk lesu akan perkataan jujurnya. “Victoria?” “temanmu bukannya?” Sulli bertanya. “Tidak hanya teman, ia sahabat terbaik yang pernah aku miliki” “kenapa dia menghianatimu?” “tidak, dia tidak menghianatiku. Ia benar!” “ma.. maksudmu?” Sulli bingung akan perkataan Luna. “Aku dan Victoria saling menyukai Park Chanyeol sewaktu kami masih duduk dibangku sekolah menengah. Karena aku terlihat sedikit tomboy, aku mengalah padanya. Membiarkan ia mendapatkan Park Chanyeol.” “lalu? Mengapa sekarang..” Luna buru memotong perkataan wanita yang terduduk disebelah kirinya. “Ketika Victoria meneloponku dan memberitahuku bahwa ia sudah memiliki kekasih di Cina. Aku merasa senang, ahkirnya ia melupakan Chanyeol yang sedari dulu menjadi pusat perhatian dihatinya. Namun, aku juga tidak tahu bagaimana sekarang ia bisa bersama Chanyeol.” “Kapan ia resmi memiliki kekasih sejak di Cina?” “kalau tidak salah, tanggal 25 februari” “i.. itu.. ketika kakak menceritakan padaku bahwa ia sudah memiliki kekasih dan  sedang berada di Cina” “be.. berarti, itu Chanyeol yang menjadi kekasihnya dahulu?” “benar!” Luna mulai merasa bingung, ia terbakar api kemarahan. Bukan marah terhadap sosok sahabatnya yang diam-diam merebut Chanyeol darinya, namun murka terhadap kekasihnya sendiri. “A.. aku tidak akan marah kepada sahabat baikku sendiri. Namun, aku marah terhadap Chanyeol. Apa susahnya, ia berkata jika ia sudah memiliki kekasih? Pasti tidak akan seperti ini!” “sa.. sabar kakak. Sudahlah, akan aku membantumu untuk berbicara padanya” “baiklah! Ayo ikut aku, dan temui dia! Aku sudah muak!” Luna beranjak dari duduknya secara kasar dan pergi  diikuti Sulli dibelakangnya.
---***---
Ketika Luna kembali ke asalnya alias rumahnya, Lay sudah menghadang di depan pintu masuk kamarnya. “Lay! Permisi!” bentak Luna. Apa daya? Tidak mempan bagi adiknya sendiri. “Lay! Permisi!” Lay hanya menggelengkan kepala. “Lay! Minggir! Jika tidak..” Lay segera memotong perkataan Luna. “Jika tidak apa? Aku mengerti perasaanmu, kau sedang marah terhadap kekasihmu” “siapa kekasihku? Aku tidak memilikinya! Cepat minggir! Aku sedang kesal hari ini!” Lay pun segera memersilahkan Luna memasuki kamarnya. Belum sempat Lay menginjakkan keluar kamar Luna, ia sudah membanting pintunya keras-keras. “Kakak! Jangan merusak kamarmu! Ku mohon!” “Sudah diam!” Luna kini membentak Lay.  “Poster yang ada di dinding kamarmu bagus! Jangan merusaknya jika kau sedang marah!” “itu milikku! Terserah apa yang akan aku lakukan!” “Kakak! Kumohon! Jika tidak, aku akan kena marah ayah dan ibu lagi!” Lay bersujud di depan pintu kamar Luna. “Bukan urusanku! Urus saja urusanmu sendiri!” “Kakak! Kau jahat sekali padaku! Aku tidak akan mendengarkan ceritamu lagi!” Lay mulai menghitung mundur, “tiga.. dua..” belum selesai ia mengatakan angka terahkir yaitu “satu,” Luna membuka pintu kamarnya dengan kasar dan menarik lengan Lay masuk dalam ruangan kamarnya.
            “Kau tahu, aku sedang marah?” Luna menatap tajam bola mata sang adik yang berada tepat dihadapannya. “Iya” jawabnya santai, “mengapa kau masih menggangguku seperti itu?” “sudah menjadi tugasku untuk mengganggumu” Luna berdecak kesal. “Apa maumu sekarang?” “akui saja, jika kekasihmu itu sudah memiliki kekasih sebelumnya, tidak lain tidak bukan itu sahabatmu sendiri” Lay berkata seenaknya sendiri. “Kau diberitahu siapa untuk berbicara seperti itu?” “sebelum kau berpacaran dengan Chanyeol saja, aku, Krystal dan Sulli sudah mengetahuinya” “kalian lebih up to date dibanding aku. Aku sungguh sunggu sangat sungguh menyesal mau menerima Park Chanyeol dalam hidupku” “sudahlah kak, dari pada kau tersiksa ketika bersamanya” “maksudmu, aku harus putus dengannya?” “ya, mau bagaimana lagi? Itu jalan yang terbaik. Siapa suruh menjadi playboy?” “tapi..” “tapi apa? Kau masih mencintainya dan tak mau melepasnya?” Luna hanya bisa mengangguk lemah. “Yah, terserah kau saja” Lay beranjak dari tempat berdirinya dan pergi meninggalkan Luna yang masih tertunduk lesu. “L.. Lay tunggu!” kaki kiri Lay yang hampir melewati pintu keluar harus berputar arah dimana suara yang memanggilnya berasal. “Ada apa lagi kak?” “ba.. baiklah, a.. aku akan pu.. pu..” “putus?” Lay menyahut. “Iya, putus dengannya” “baik! Jika yang terbaik memang itu” Lay kembali memutar tubuhnya dan pergi keluar kamar Luna, lalu tersenyum bahagia pasca kakaknya akan putus dari lelaki yang menyebalkan itu.
            Luna membaringkan tubuhnya diatas kasur, ia menenangkan hati dan pikirannya sejenak. Namun, bayang-bayang penasaran akan ayah kandungnya pun muncul. “Mengapa ibu masih saja merahasiakannya padaku, toh aku dan Lay juga sudah besar. Pasti kami akan bisa menerima ini” Luna menggumam dan melamun jauh. Tak sadar ternyata ia terlalu jauh melamun hingga tidur terlelap.
---***---
            “Kak, kakak!” Lay berteriak lembut dari luar kamar Luna. “Kakak!” kini teriakannya bertambah kencang. Dari pada ia berpikiran yang negative dan aneh-aneh, langsung saja knop pintu kamar kakaknya ia buka. “Kenapa tak dikunci?” pikirnya heran. “Ya ampun kakak! Ini sudah jam berapa?” teriak Lay di dekat telinga Luna. Yang merasa diteriaki pun bangun dan terlonjak kaget. “Ah! Kau ini! Berisik sekali, bisa tidak kau berhenti teriak-teriak?” “Bagaimana aku tidak meneriaki mu? Ini sudah jam berapa, hei!” “memangnya jam berapa?” tanya Luna dengan polosnya. “Jam setengah delapan” “HAH?!” kini giliran Luna yang berteriak tepat di muka Lay dan tubuhnya pun terjatuh akibat reaksi berlebihan Luna. “Kakak, sakit punggungku” “aku mau mandi! Awas jika aku kau tinggal ke kampus!” Luna menunjukkan kepalan tangannya mengarah tepat di depan kedua mata Lay, yang ditunjukkan pun hanya bisa pasrah dan masih dalam keadaan terkapar di bawah lantai.
---***---
            “Kakak! Tanggung jawab!” di sela-sela Luna menyetir, adik yang duduk disebelahnya menuai protes. “Tanggung jawab apa? Memangnya aku menghamilimu” masih dengan mata terfokus menyetir, “ah kau ini! Punggungku sakit!” “lalu?” yang dituduh pun hanya bisa menjawab dengan dingin. “Kau dorong aku tadi pagi” “itu urusanmu!” “ah! Kau ini menyebalkan!” “sudahlah! Aku sedang bad mood!” “oh” Lay pun tak kalah sinisnya.
            Ketika Luna hendak berjalan menuju kelasnya, ia berpapasan dengan, em.. kekasihnya. “Park Chanyeol, aku ingin berbicara kepada mu!” “apa?” Luna menarik lengan Chanyeol agar dapat menghadap dirinya. “Kita putus, oke?” “putus?” tanya Chanyeol bingung,  “ya, putus” “kenapa?” “sudahlah kau seperti tidak tahu saja” “harus ada alasannya” “tanya pada dirimu sendiri!” seketika itu juga Luna pergi meninggalkan Chanyeol. Dengan sigap, Chanyeol menarik lengan Luna dan menahannya. “Apa lagi, Park Chanyeol” “kenapa kau suruh aku bertanya pada diriku sendiri?” “ayolah, jangan pura-pura kau tak tahu!” Luna melepaskan genggaman Chanyeol dengan kasar. “Hei! Luna! jawab dulu” Luna hanya menyunggingkan senyuman manisnya.
            “Ahkirnya putus juga mereka” “baguslah kalau begitu” dua orang yang berdiri dibalik pohon tak jauh dari tempat berdiri Luna dan Chanyeol tertawa bersama. Melihat dua orang sejoli yang baru saja tiga hari menjadi pasangan sudah berahkir begitu saja.
Bagaimana? Bagus? Kece? Keren? Atau malah absurd?
Wkwkwkw... please saran, commennya yaa :D
Thankyou :*