Author: EunikeM (@Eunike_keke0708)
Main Cast: Exo member
Lenght: Oneshooottttt
Rating: sedikit dewasa *bukan yadong*
Genre: Thriller, Horror, comedy(?)
Ai..ai... aim bek again!! :D *lambai-lambai* nahhhh skarang
guwehh buat ff yang rada.. *rada apa hayooo?* bedalah sama ff ku yang faithful
pokoknya!! Baca loooo :D *peace. Oyaa please comment yaa.. maap juga kalo ada
typo2 dan sodara2nya bertebaran disini:p dan
Jam dinding yang berdiri megah
disebelah lemari penyimpanan barang-barang antik milik keluarga ini menunjukkan
pukul 11.00 KST. Rumah yang rupanya bagai istana ini dihuni oleh dua belas pria
tampan. Mereka semua bersaudara kandung. Namun, orang tua mereka hanya
berkunjung sebulan sekali untuk menjumpai kedua belas anaknya *banyak bener-.-*
Walau orangtuanya adalah pemegang perusahaan otomotif terbesar di Jepang. Mereka
berduabelas menolak dilayani oleh para housekeeper yang telah disediakan oleh orangtua mereka.
---***---
Tiga orang lelaki tengah duduk
santai sambil menonton televisi tiga dimensi berukuran sembilan puluh inchi dan
dikedua sisinya terdapat speaker home
teater yang tingginya hampir
menyamai mereka. Lelaki ini bernama, Sehun, Luhan dan Kris. Mereka sungguh
menikmati momen-momen dimana saatnya mereka menonton film diruangan yang
sengaja dibentuk seperti bioskop kecil dan film horror yang paling mereka sukai
dengan seluruh lampu yang ada diruangan tersebut dipadamkan. Sambil sesekali
dua mahluk pengganggu memasuki ruangan tersebut dan berpura-pura akting seperti
hantu.
“Kau dengar, mereka menonton film
horror lagi” lelaki ini sedang menempelkan telinganya kepintu bioskop yang
berada dalam rumahnya. “Sini, aku juga mau dengar” lelaki yang satu lagi pun
ikut-ikutan. “Kalau begitu, kita kerjai mereka lagi!” “setuju!” kedua lelaki
yang satu termasuk paling tinggi dan satunya lagi tidak terlalu pendek ataupun
tinggi. Yang tinggi tadi bernama Chanyeol dan satunya lagi diberi nama Kai.
Segera dengan hati-hati, mereka berdua membuka knop pintu bioskop-bioskop-an
tersebut dan mengendap-endap masuk.
Mereka berdua kini telah berada
dibelakang tempat duduk Luhan dan Kris. Dengan segala usaha mereka, kini mereka
akan berakting seperti layaknya zombie. Tangan Kai menjalar kebawah bangku
Luhan dan bersiap menarik kaki kanannya. Sedangkan Chanyeol akan mencengkram
bahu Kris agar ia terlonjak dan terkejut. Untuk Sehun, maknae satu ini pasti juga akan ikutan terkejut walau tak
dikagetkan langsung sekalipun. “1.. 2..” Chanyeol memberi aba-aba untuk
melancarkan aksinya tersebut, dan.. “3!”
“Hyaaaaa!!! Hantu!!!!” Luhan
mulai berteriak histeris. “Aaaa... apa? Ada hantu???” diikuti oleh Sehun yang
berada ditengah-tengah Kris dan Luhan. Sedangkan Kris? “Oh, hantu? Atau
Chanyeolll!!!!!!” Kris berbalik dan menatap manik mata Chanyeol dengan
berapi-api. “Mi.. mian hyung^^ itu
idenya Kai” Chanyeol yang sudah menduga bahwa Kris akan berlaku seperti ini pun
hanya bisa cengar-cengir sambil memperlihatkan barisan giginya yang besar dan
putih. “Eits, kau juga mau saja kuajak seperti ini, hyung~” Kai mulai mengelak.
“Ah! Kalian ini selalu mengusik
kesenangan kami” kini giliran Luhan yang berkomentar. “Iya! Kalian itu
kakak-kakak yang tidak baik!” Sehun lagi-lagi ikutan berkomentar sambil
menunjuk-nunjuk dada Kai dan Chanyeol. “Ahahaha.. sorry we just bercanda, ok?”
Kai yang sok-sokan menggunakan kata bahasa Inggris, membuat Kris menuai
protesnya. “Kalau mau bicara pake bahasa Inggris, ya bahasa Inggris bukannya
malah dicampur-campur begitu!!!” Kini terlihat sekali amarah Kris yang sampai
dipuncak ubu-ubun dan mereka berdua pun ahkirnya lari tunggang langgang keluar
ruangan. “Ah, i.. iya hyung.. mi.. mian”
teriak Chanyeol dan Kai bebarengan. “Mereka ini selalu saja mengacau!” Kris
kembali memutar badannya dan duduk menikmati film Hollywood don’t be afraid of the dark yang masih diputar, diikuti
Luhan dan Sehun. Tiba-tiba beberapa menit kemudian, “Kris.. Lu..luhan,
Se..sehun” terdengar suara lirih seorang lelaki memanggil nama mereka dari
ujung ruangan. “Kamjonggg!! Yolliepop!! Jangan berisik!!” Luhan meninggikan
suaranya, mengira itu adalah mereka si biang kerok. “Lollipop dudul!” Kris yang
berada paling ujung, memukul puncak kepala Luhan dengan tangan kirinya melewati
kepala Sehun. “Awww.. sakit!” “sssttt!! Diam hyung~ ini sedang seru-serunya” si maknae-pun segera meletakkan jari telunjuknya didepan bibir dan
menyuruh kakak-kakaknya ini diam.
At dining room
“Yeol hyung.. Kris hyung
benar-benar seram tadi” Kai sedikit merasa kapok dengan perbuatannya kali ini
sambil ia meneguk segelas air mineral dingin yang membasahi kerongkongan
keringnya. “Iya, aku saja menjadi takut” Chanyeol pun ikutan merasa kapok.
Beberapa detik setelah itu, mereka berdua mendengar teriakan tujuh oktaf Luhan
dari arah ruang bioskop yang tidak mereka tutup dengan rapat. “Kenapa lagi itu
bocah?” Chanyeol bertanya acuh tak acuh. Sementara Kai hanya menggidikkan
bahunya dan berlalu bersama Chanyeol ke ruang bermain.
At games room
“Kamjong! Ayo main PS!” “Yaa!!!
Jangan panggil aku Kamjong!!!” “oh, baik-baik. Ayo Jong-jong, kita main!”
Chanyeol dengan senyum seribu giginya sangat membuat Kai ingin muntah. “Hyung~ apa bedanya Kamjong dan
Jong-jong, haaaa?!!” “tidak ada” Chanyeol dengan gaya santainya menjawab
pertanyaan Kai dengan menjulurkan lidah dan terjadilah aksi kejar-kejaran
hingga tumpuk-tumpukan diatas karpet didepan layar LED tv bersama game PS-4 dan
Wii-nya.
“Ah, sudah-sudah! Aku capek Kai”
Chanyeol berdiri dari acara menindih punggung Kai dan membuat posisinya duduk.
“Awww! Punggungku sakit hyung. Sudah
tahu badanmu besar masih menindih aku!” ujar Kai dengan posisi yang masih
tertelungkup dan menggembungkan pipinya. “Mian Kai, ehehehe.. ayo main sekarang!” “baiklah!
Tapi, aku ada usulan” “usulan apa?” “bagaimana kalau kita main game
kejar-kejaran zombie saja di PS. Ayah kemarin pulang membawa segudang game PS!”
“yang benar? Tapi, kenapa harus main zombie sih?” Chanyeol jujur saja paling
anti dengan yang berbau-bau zombie apalagi hantu. “Bilang saja kau takut!” “a..
aku tidak takut!” Chanyeol menyangkal. “Baiklah kalau begitu, kita main sambil
lampu padam. Bagaimana?” Kai hanya bisa melihat hyung-nya ini berkeringat dingin dan ia mencoba menggoda sambil
mengeluarkan senyum licik khasnya. “Senyummu yadong Kai!” “enak saja kau! Ayo main sekarang!” “okelah, akan aku
buktikan kalau aku tidak takut” “baik! Aku matikan dulu lampunya.”
“Klek.. klek.. klek..”
Ketiga saklar lampu yang ada diruangan tersebut diturunkan kebawah oleh jari-jari Kai dan ahkirnya lampu-pun padam.
Mereka mulai
menyalakan TV sekaligus PS-nya. Setelah selesai, Kai memasukkan permainan
“zombie hunter” kedalam PS-nya dan menyalakan LED TV dengan layar yang megah
(red: 80 inchi). Diubahnyalah dari gambar 2D ke 3D. Dengan begitu, mereka
bermain sambil memakai kacamata khusus tiga dimensi agar gambar dan permainan
terasa lebih nyata. Chanyeol yang merasa feeling-nya
buruk, memegang kacamata saja tangannya bergetar hebat dan ahkirnya dengan
mengumpulkan energi positif sebanyak mungkin, ia memberanikan diri bermain game
yang ia anggap mengerikan dan sedikit menjijikkan itu. Iapun rela jika
permainan kali ini, Chanyeol kalah telak dari Kai.
Disela-sela
permainan mereka, terdengar sebuah suara lelaki yang terasa seperti berat dan
serak. “K.. kai, Ch.. Chanyeol..” suara inipun memanggil nama mereka berdua.
Sayang, Kai dan Chanyeol terlarut dalam serunya permainan serta kerasnya speaker bass yang sengaja mereka kencangkan. Tenang, tidak
bakal ada tetangga yang marah karena keberisikan anak-anak ini. Karena,
disetiap ruangan (kecuali ruang tamu dan kamar mandi) terpasang karpet peredan
suara. Orang tua mereka mengerti, anak-anaknya sangat senang berteriak-teriak
dan bermain. Apalagi saat tengah malam dan esoknya libur, seperti saat ini.
At
D.O’s and Kai’s bedroom
“Yaa!!! Hyung!!! Kembalikan ponselku!” seorang
lelaki yang dengan jengkelnya berdiri dan berteriak sambil berkacak pinggang,
merasa dirinya telah dipermainkan oleh kakaknya sendiri. “Ambil ini kalau
berani!!” lelaki satunya lagi yang memiliki lesung pipit saat menjulurkan lidah
ini mengangkat dengan gaya L death note tinggi-tinggi. Tidak sadar, bahwa yang
dipermainkan olehnya jauh lebih tinggi. “Aha! Dapat!” sekali tangkap, lelaki
yang tingginya hampir menyamai Kris dan Chanyeol berlari kearah kakaknya yang
mengangkat ponselnya dengan jijik tadi dan mendapatkannya kembali. “Yah.. aku kalah lagi” namja berlesung pipit ini tertunduk kepalanya sambil berjalan
menuju gerombolan “si narsis” diujung sisi kamar. “Makanya hyung.. nyadar dong kalau aku lebih tinggi” kini lelaki yang telah
mendapatkan kembali ponselnya bergembira ria dan berlonjak-lonjak. Namja ini bernama Tao. “Ya.. ya..
terserah kau Tao! Hyung mengalah!” si
lesung pipit atau yang biasa disapa dengan Lay ini duduk bersandar disebelah
saudaranya sambil mengibas-kibaskan telapak tangan kearah Tao, pertanda ia
menyerah.
“Eh, kita foto
dulu. Ayo!” seseorang yang memiliki kamar ini dan anak paling ehem.. pendek
mengajak saudara-saudaranya berfoto bersama. Begitu dengar kata “foto”, mata
mereka yang tadinya sudah sayu-sayu hampir menutup. Kembali terbuka dan
berlarian kearah D.O, si empunya kamar. “Ayo hyung..!” “Ayo.. ayo” begitulah histeria mereka sambil
menarik-narik kaos, celana, dan rambut D.O. Apalagi si anak paling sulung
berubah perilaku seperti anak kecil demi ikut berfoto. Ya! Dia dipanggil Suho.
Yang biasa diberi mandat oleh orang tua mereka mengurus adik-adiknya bersama
Kris, Luhan dan Xiumin. Begitu pula dengan saingan D.O ketika ia menyalurkan
hobi bernyanyinya. Baekhyun, hyung-nya
yang satu ini memang benar-benar gemar berfoto. Setiap ada adik atau kakaknya
yang akan mengambil self camera, ia
pasti meminta untuk ikut.
“Aduh.. aduh..
Tao, jangan tarik lenganku sakit, Lay hyung
jangan tarik kakiku, Suho hyung
jangan jambak rambutku. Aw.. aw.. appo!
Baekhyun hyung jangan tarik-tarik
celanaku. Aaaa... nanti melar bajunya.. aduh.. rambutku nanti rontok dan
bla..bla..bla...” begitulah keseruan mereka “memperlakukan” D.O hanya demi
sebuah self camera. “Oh.. maaf!” seru
mereka berempat. “Sudah puas menarik baju, celana dan menjambak rambutku?
Haaa???!!” teriak D.O didepan muka mereka. “Yasudah, ayo kita berfoto. Aku akan
ambil camera milik Suho hyung” sela D.O. Segera, Suho yang tidak
terima camera-nya diisi foto selain
foto-foto dirinya. “Eits, jangan pakai camera-ku.
Kenapa tak pakai i***ne 5 mu saja? Itu sudah lumayan kok” “kau lihat, ponselku
sedang aku charge. Camera-ku dibawa appa. So, can i borrow your
camera oppa?” D.O memohon sambil ber-aegyo
ria. “Baiklah, baiklah. Jangan sampai rusak, lecet apalagi jatuh” “siap bos!
”
D.O berjalan
keluar kamarnya dan menuju keruangan sebelah. Dimana kamar Suho terletak dan
didalam lemari kaca sebelah tempat tidurnya, terdapat camera SLR dengan tele *bener
kagak tulisannya?* yang panjang berwarna putih, sama persis seperti yang digunakan
para wartawan ketika hendak mengambil gambar saat pertandingan bola
berlangsung. Ia pun berjinjit dan meraih camera
beserta tele tersebut. Perlahan, ia
keluarkan dari lemari tersebut dan kemudian berjalan keluar dari kamar
kakaknya.
“D.O is back!!!” dengan bangga dan
diangkatnyalah camera Suho sambil
berlagak seperti super hero, ia
memasuki kamarnya dan terlihatlah wajah “sumringah” mungkin lebih terlihat
seperti singa yang kelaparan, dari para lelaki tampan yang ada diruangan
tersebut. “Kenapa kalian menatapku seperti itu?” D.O mulai curiga dengan
tatapan saudara-saudaranya ini. “Ayo kita serbu!!!” Suho mengarahkan
“pasukan”-nya agar cepatcepat mereka berfoto ria. “A.. a.. i.. iya sabar hyung-hyung dan adikku ku sayang”
Kali ini,
keadaan sudah mulai terkontrol. D.O memasang threepod *bener gak penulisannya hehhe^^v” yang berjarak satu
setengah meter dari mereka. Karena kamar Kai dan D.O yang paling luas, mereka
memasang camera didepan lemari Kai
dan D.O. mereka berlima bergaya didepan jendela raksasa sejajar dengan
lemarinya. Camera tersebut diset menggunakan timer agar semuanya dapat berfoto dan
mengambil gambar hingga sepuluh kali.
“Klik.. jepret... klik.. jepret..” begitulah bunyinya dan
seterusnya. Segala pose dari mulai manly hingga girly, mereka tunjukkan.
“Ayo.. ayo!
Lihat fotonya!” teriak si raja photogenic,
siapa lagi jika bukan Baekhyun. Begitu mereka mengambil camera tersebut dan melihat kesepuluh gambarnya, terlihat sesuatu
mengganjal dari balik jendela kamar Kai dan D.O. “Hy..hyung, ini apa?” tanya Tao yang mulai ketakutan dengan gambar
tangan hitam dibalik tirai jendela yang terpampang jelas disetiap foto mereka.
“Hyung ju.. juga tidak tahu” jawab
Suho dengan bibirnya yang gemetar. D.O yang berusaha berpikir positif mengatakan,
“apa mungkin lensanya kotor?” “tidak mungkin D.O-yah! Jelas-jelas ini tangan
dan lihat..” teriak Lay berikutnya. “Pertama tangan, kedua, ketiga, keempat
muncul seperempat badannya dan yang kelima, keenam, ketujuh, kedelapan,
kesembilan, kese.. kesepuluh. Badannya!!! Kyaaa!!!” Baekhyun yang memulai
histeria ini dan tiba-tiba, “trep.. trep.. trep..” seluruh lampu yang ada
dirumah bak istana itu padam.
“Kyaaa...!!!
aaaa!! Huwaaa!!!” “Aaaa....” “Hy..
hyung.. kau dimana???” “hyaa!!” dan “Hyung..
to.. tolong aku.. aku tidak dapat melihat!!” teriak Baekhyun dengan bodohnya.
“Ini mati lampu, pabo!” Lay memukul
puncak kepala Baekhyun tapi yang terkena pukulnya adalah Suho. “Aw!! Kau salah
pukul!” itulah keadaan, kegelisahan, kehisteriaan dan kebodohan yang mereka
lakukan dalam gelap.
At
kitchen
“Chen-chen!!
Bantu aku masak untuk anak-anak” Chen yang sedang keluar dari kamar mandi
langsung merasakan rangsangan indera pendengarannya. “Hah? Kau memiliki anak hyung?” “aish! Kau ini! Anak-anak
maksudku saudara-saudara kita” jawab Xiumin frustasi. Si anak tertua dikeluarga
Kim ini memang biasa diberi tugas memasak makan malam. Karena, makan pagi
hingga siang Lay yang mengurus dan seharusnya makan malam D.O dan Xiumin. Tapi,
apa daya? Kalau D.O sudah berkumpul dan meminta ijin pada hyung-nya ini untuk ber”foto”ria, ia tidak akan bisa menolak.
Kenapa? Karena, D.O mengancam akan merusak tanaman anggrek bulan dan kaktus
dibelakang rumah mereka yang Xiumin rawat hingga tetes darah penghabisan.
“Oh, aku kira
anak-anakmu sungguhan” Chen pun tertawa lebar sambil deretan giginya terlihat.
“Oya hyung, mau masak apa?” “aku juga
bingung, apa kau bisa ambilkan aku buku memasak di lemari itu?” Xiumin menunjuk
lemari kecil dibawah tangga yang berisi ratusan buku. “Baik hyung!” “tumben kau baik?” “apasih yang
tidak kalau untuk mu?” Chen berjalan sambil matanya dikedipkan sebelah kearah
Xiumin. Jujur saja, ia ingin muntah seketika itu juga. “Aih, geli~” Xiumin
merinding karena kedipan sebelah mata Chen.
“Ini bukunya hyung” Chen menyodorkan sebuah buku
resep masakan kepada Xiumin yang sedang memakai apron. “Baik. Thanks” “ok hyung” “sekarang kita memasak.. em..” terlihat Xiumin berpikir
dan..
“Trep.. trep.. trep..” semua lampu padam tiba-tiba. Dua orang
manusia ini mulai histeris dan hanya bisa berdiam diri didapur.
“Hyaaa... hyung~ mataku.. mataku buta!! Oh tidak!”
“pabo!! Ini mati lampu, aduh!!” “oh” hanya satu kata
itu yang Chen suarakan. “Lalu kita bagaimana? Ada senter-kah?” tanya Xiumin
yang bermaksud memutar badan kearah Chen. Tapi, yang ditatapnya adalah
seseorang yang memanggil nama mereka dengan lirih dan serasa tak berdaya. “Ch..
chen.. Xi.. Xi Luhan eh, Xiumin..” dan tangan Xiumin tiba-tiba digenggam oleh
sesosok manusia tak diketahui wujud dan keberadaanya tersebut. “Kyaaa!!! Chen..
apa yang kau lakukan???” teriak Xiumin seperti sedang menyanyikan lagu aliran heavy metal. “A.. aku tidak melakukan
ap.. apa-apa hyung” jawan Chen dengan
bulu kuduk yang merinding.
Lima menit
berlalu, lampu-lampu yang diruangan tersebut menyala dan yak! Bingo! Seseorang
tinggi besar sedang memborgol tangan Xiumin dan Chen. Ia memakai topeng ala
film scream . “Aaa... si.. siapa
kau?” dengan sigap, manusia bertopeng ini menyekap mulut Chen dan Xiumin
menggunakan sapu tangan yang sudah diolesi obat penenang atau obat bius.
Seketika itu juga, “brukk!” badan mereka –Xiumin dan Chen- jatuh saling tindih.
Lelaki ini menyeretnya hingga ke ruang tamu.
At
living room
Dalam keadaan
yang remang-remang, kudua belas pria ini disekap dan diborgol. Benar saja,
suara yang memanggil nama Kris, Luhan dan Sehun didalam bioskop tadi adalah
seseorang yang telah bersembunyi dibalik lemari besar yang ada di dalam bioskop
mini tersebut dan sesaat setelah mati lampu, lelaki bertopeng ini menyekap
mereka bertiga agar tidak terjadi kegaduhan berlanjut. Kedua, saat Kai dan
Chanyeol bermain PS, ada seseorang dibalik sofa yang ada di ruang permainan dan
memanggil nama mereka. Lelaki bertopeng ini sedikit pundung akibat suaranya
tidak digubris oleh kedua mahluk yang sedang asyik bermain PS. Walau ahkirnya,
saat lampu padam, segera ia berlari dan menyekap mereka berdua, lalu
menyeretnya turun tangga hingga sampai ke ruang tamu kini.
Ketiga,
bayangan hitam yang terpampang di setiap foto Tao, D.O, Suho, Baekhyun dan Lay
adalah lelaki bertopeng yang sejenis dengan tiga kawan lainnya yang menyekap
saudara-saudara mereka juga. Setelah mereka berlima bingung dan ketakutan
karena melihat hasil foto yang terdapat bayangan mengerikan tersebut, lampu
padam dan lelaki bertopeng ini melompat dari balkon luar jendela kamar Kai dan
D.O. Agar aksinya berlangsung cepat, tanpa basa-basi lelaki ini menyekap mereka
berlima seorang diri. Maklum, empat lelaki bertopeng tersebut sudah ahli dalam
dunia martial art, sedangkan kedua
belas namja yang disekap hanya Tao
yang bisa bela diri. Tapi apa daya, ia keburu panik dan berteriak-teriak
histeris sendirian.
Kedua belas
saudara kini telah diposisikan duduk melingkar di atas karpet seputih salju dan
menghadap keempat lelaki bertopeng itu. Semenit kemudian, mereka semua
mengerjap-kerjapkan mata mereka dan keadaan mereka masih lemas akibat pengaruh
obat bius yang mereka hirup. Salah satu diantara mereka yang duluan sadar mulai
terlihat panik. “Ke.. kenapa ak.. kita di..” “hei! Siapa kalian?” Kris, yang
tersadar duluan meronta panik dengan tangan yang masih terborgol dibelakang
punggung. “Anak manis, jangan takut, kami tidak akan memakan mu. Mungkin, hanya
menembuskan peluru pistol ini ke arah dadamu” lelaki yang telah melepaskan
topengnya mendekat kearah Kris dan menegakkan dagunya menggunakan pistol sambil
mensejajarkan posisi mereka.
“Kau mau apa ha??!!” Kris mulai
naik darah. “Permainan apa-apaan ini?”
pikirnya. “Aku hanya mau..” “jangan sakiti saudaraku, pabo!” Xiumin, selaku yang paling tua dan ia sudah sadarkan diri
menyela pembicaraan mereka. “Hei baozi!
Kau diam saja! Tak usah banyak cakap!” lelaki bertopeng ini berdiri dan
menodongkan pistolnya kearah Xiumin. “Jangan, pernah, panggil, aku, dengan
sebutan baozi!!!!” teriak Xiumin yang
membuat semua ornag diruangan itu menutup telinga. “Sebenarnya kalian ada
urusan apa? Kita salah apa? kalian siapa? Kenapa bisa masuk kerumah kami?
Dan..” Tao si ahli wushu membuat
salah satu lelaki bertopeng pusing akan segudang pertanyaan yang
dilontarkannya. “Aaahh! Dia kau Tao! Cerewet!” “ihhh! Ya maaf, tanya saja tak
boleh!” seru Tao dengan garangnya.
“Sudah.. sudah, kalian berdua
belas tidak usah berisik, ini sudah pagi anak-anak” seseorang bertubuh tambun
keluar dari balik pintu masuk rumah mewah itu. “M.. Mr.Lee?” teriak mereka
berdua belas. “Ya, that’s me” “mau
apa kau?” tanya Luhan sinis. “Oya, aku belum perkenalkan keempat lelaki ini.
Baik, yang menyekap Kris, Luhan dan Sehun bernama Kevin. Yang menyekap Kai dan
Chanyeol bernama Harry. Yang menyekap..” belum selesai Mr. Lee memperkenalkan
anak buahnya, Luhan sudah naik darah hingga ubun-ubunnya mau pecah. “Haaahhh!
Aku tanya mau apa kau??!!” Luhan meronta-ronta karena tangannya diborgol.
“Sssttt.. kubilang jangan berisik anak-anak manis.” “Cih!! Aku tahu maksudmu!”
sela Kris dengan nada datar dan dingin. “Memangnya apa anak tampan?” Mr.Lee
mendekat kearah Kris dan mengelus pipinya. “Lepaskan tangan kotormu! Kau iri
kan terhadap orang tua kami yang bisa menyaingi perusahaanmu? Ha??!!” “Ouhhh..
betul sekali jawabanmu” Mr.Lee berada tepat didepan wajah Kris dan segera
mengeluarkan pistolnya lalu ditodongkan kearah kepala Kris.
“Kalian berdua belas, bersiaplah!”
Mr. Lee berserta keempat anak buahnya menodongkan pistol kearah dua belas
lelaki didepannya. “Dengan hitungan ketiga, kalian semua mati!” kata-kata yang
begitu pelan namun menusuk keluar dari mulut Mr. Lee. Tanpa basa basi,
ditariklah pelatuk pistolnya dan...
“Door... Door.. Door.. Door...”
Satu persatu
dari mulai anak tertua hingga yang termuada semuanya terkapar dengan posisi
duduk dan tangan terborgol dibelakang punggung mereka. Ada yang terkena peluru
dikepala, diperut, didada bahkan karena Mr. Lee sangat tidak menyukai Kris, ia
menembakkan beberapa kali pelurunya kearah kepala dan dada Kris hingga karpet
yang tadinya seputih bulu domba, kini berubah menjadi warna merah, bersimbah
darah. Bau anyir dimana-mana. Mata kedua belas lelaki ini tidak ada yang
tertutup, bahkan ada matanya yang tertancap peluru, Chen salah satunya.
“Habislah
riwayat kalian semua!” bisik Mr.Lee pada mereka.
---***---
Tiba-tiba,
semua lampu dinyalakan dan.. “Yeayyy!!! Keren!” teriak member EXO bersamaan.
“Kerja kalian bagus, dan lihat seluruh camera
effect yang crew kita gunakan
juga terlihat sangat nyata”. Salah satu crew
effect visual yang duduk menonton
film hasil pengerjaannya berdiri dan menunduk sembilan puluh derajat. “Thankyou all!”
“We proud of you guys, good job!” sang sutradara memberi ucapan
selamat kepada para pemain termasuk kedua belas member EXO dan kelima tokoh
antagonis tadi. Mereka baru saja melihat hasil film layar lebar pertama mereka
dan bangga akan hasilnya serta tiket penjualan yang tentu saja memberikan
banyak untung pada seluruh crew dan
pemainnya sendiri. “Setelah ini kita akan pesta!!!!” teriak sang sutradara.
“Yeayyy!!” “yoohoooo~” “Asikk.. pesta!” “makan-makan..!!” begitulah ramai dan
sukacita yang terpancar dari semua yang terlibat dalam pembuatan film tersebut.
END
Bagaimana??? :D keren gak? Ancur
gak? Heheh please comment yaaa J thanks
sekali lagi for reading my fanfiction. Babayyy~