Title: Faithful
Author: EunikeM (@eunike_keke0708)
Cast: Exo-K Chanyeol, F(x) Luna,
Exo-M Kris
Support cast: F(x) Krystal, F(x)
Sulli, Exo-M Lay and.. find it!
Genre: Romance, Frindship, comedy
(?) marriage
Rating: Teen
Lenght: Chaptered
Hoey..Hoeyy
*lambai-lambai* ada yang kangen saya? Pasti ada.. wkwkwk #plak. Okehh ini
memasuki semester lima*emangnya hamilan tor?* hahahah semoga kalian tambah suka
dan harus suka banget wkwkwk walau guwehh rada maksa yee :p oyahh.. jangan lupa
comment, kritik, saran dan terimakasih behuddd sama mimin yg udah nerbitin ni
epep dan maap kalo banyak typooo :* #ciumjauhhh
Ponsel yang ia letakkan diatas tasnya bergetar beberapa kali.
Untung saja getarannya keras. Jadi,
membuat gendangnya tersentuh. Reflek, tangan kanan Luna mengambil ponselnya dan
ia melihat sebuah nama terpampang dilayar ponsel. “Haish, orang ini lagi.”
Dengan malas, ia mengangkat telepon tersebut.
“Aih, yoboseyo?
Ada apa telepon malam-malam?” “kenapa jawabanmu seperti itu?” sesal seseorang
diseberang sana. “Sudahlah, mau bicara apa? Ayah dan ibu sedari tadi mencarimu.
Cepat pulang! Ppaliwaaaa!” teriakan
Luna menggema diseluruh ruangan kamarnya. “Ouhh..ouh.. tahan amarahmu
beauti..uhhuk..ful noona.” “Jangan,
pernah, panggil, aku, dengan, sebutan, noonaaaaa!”
Luna kembali berteriak sambil memberi penekanan pada seluruh kata yang ia
ucapkan. “Kau kan memang lebih tua dariku” “kau sama saja seperti Kris”
“siapa?” “Kris” jawab Luna dingin. “Oh, siapa?” lelaki itu semakin menggoda
Luna, hingga ia kini naik darah. “Layyyy!!! Kau! I hate you and i never ever ever forgive you when you disturb meeee!!!”
untuk ketiga kalinya teriakan Luna menggema diseluruh ruang kamarnya. Hingga
seseorang wanita paruh baya memperingatinya dari lantai bawah.
“Luna! ini sudah malam,
jangan berteriak!” terdengar suara wanita yang tidak lain ialah ibunya sendiri.
Sedang enak-enaknya ibu bersama ayah mengenang masa muda mereka dengan menonton
video pernikahannya di LED TV yang terpampang lebar sebesar sembilan puluh
inchi di ruang tamu. Luna tak menghiraukan sedikitpun teguran ibunya. Ia masih
kesal dengan adiknya Lay, yang ahkir-ahkir ini selalu pulang malam dan mencari
keributan dengannya.
Lay yang berada entah
dimana, tertawa terbahak-bahak setelah kesekian kali ia berhasil menggoda kakak
tercintanya. “Kenapa kau tertawa? Adakah yang lucu, ha?” sahut Luna menantang.
“Ampun-ampun kak, i’m just kidding baby~”
“terserah kau saja, cepat pulang! Ayah dan ibu khawatir denganmu” “baiklah~
kalau kau? Kakak khawatir tidak pada Lay?” “cihh! Sudi kali aku khawatir
denganmu” “kakak jahat!” nadanya terdengar seperti Lay sedang melakukan aegyo-nya yang ia anggap paling imut
diantara yang lain. “Baiklah, aku akan pulang sekarang” “cepat!” segera Luna
menekan gambar gagang telepon berwarna merah di layar ponselnya. Ia melempar
ponselnya kasar kearah yang tidak ia ketahui.
Tiba-tiba, terdengar suara
“Braakk!!” segera Luna menolehkan kepalanya kearah sumber suara. “Aaaa!
Ponselku!” untuk yang keempat kalinya, gadis berusia 22 tahun ini ketagihan untuk
berteriak. “Lunaaaa!! Kecilkan suaramu!” Bergantilah sang ayah yang menuai
protesnya. “Haihhh, ayah dan ibu ini berisik sekali, sedang apa mereka? Tapi,
aduhhhh.. ponsel cantikku” Luna buru-buru mengambil ponsel berwarna putih dan
terdapat lambang yang sama seperti lambang di leptopnya. Untung saja ia
memakaikan ponselnya hard case dan
tidak terdapat cidera yang serius(?). “Untungnya kau tidak apa cantik” ia
mengelus-elus bagian belakang ponselnya dan kini menciumnya.
Tiba-tiba, dari arah sebelah
kiri terdengar suara seperti batu-batu kecil dilempar dan mengenai kaca
jendela. “Tukk! Tukk!” Luna panik dan segera ia menutupi wajahnya dengan
selimut. “A..apa itu ta..tadi?” “tukk! Tukk!” kembali suara lemparan batu kecil
tersebut mengganggu pendengarannya. “Hiyaaa! Suara apa itu?” kali ini tidak
hanya wajahnya yang ditutupi selimut, bahkan tubuhnya bersembunyi dibalik
selimut. Beberapa detik kemudian, ponsel Luna berdering dengan lagu boyband favoritenya, EXO, wolf.
Geurae Wolf, naega
Wolf, Awoo~
Ah, saranghaeyo!
Nan neukdego, neon minyeo
Geurae Wolf, naega Wolf, Awoo~
Ah, saranghaeyo!
Nan neukdego, neon minyeo
Ah, saranghaeyo!
Nan neukdego, neon minyeo
Geurae Wolf, naega Wolf, Awoo~
Ah, saranghaeyo!
Nan neukdego, neon minyeo
Begitu terdengar lirik, “Awoo~” yang terasa seperti suara serigala
betulan, ia kembali melemparkan ponselnya kearah lantai. Baru beberapa menit
setelah itu ia sadar akan perbuatan bodohnya dan segera memungutnya kembali.
Untung, orang entah siapa itu belum mematikan panggilannya. Segera, diangkatnya
dan menempelkan ponsel tersebut ke atas daun telinga kirinya. “Halo, ini siapa
ya?” “aduh.. kakak, aku adikmu. Masak kau tak mengenalku?” “oh, sorry! Aku tak melihat namamu di layar
ponsel. Why?” “aku diluar kak” “hah?
Diluar? Diluar mana?” “aku yang sedari tadi melempari kacamu dengan batu
kerikil” “hah?” Luna beranjak dari duduk bersila diatas kasurnya dan melihat
kearah jendela yang tadi sedikit menyebabkan polusi suara. Dibukanya tirai
jendelanya dan ia melihat kebawah. Terlihat sebuah penampakan lelaki
berperawakan sedikit tinggi mengenakan kaus putih, celana jeans hitam dan
sepatu converse berwarna coklat.
Tapi, ia berdiri membelakangi dimana Luna sedang melihat kearahnya. “Aku tidak
melihatmu” “aku tepat diluar didepan kamarmu kak” “tapi, aku hanya melihat
lelaki yang rambutnya sedikit acak-acakkan dan ia memakai kaus berwarna putih
dan...” “yaaa!! Itu aku kakak!”
tiba-tiba Lay berbalik arah sambil berteriak karena kesal dengan kakaknya yang
pintar pintar tapi juga sedikit.. emmm, lambat berpikirnya.
“Oh, ya maaf”
Luna hanya bisa cengar sana cengir sini dan ia segera keluar kamar, menuruni
tangga, lalu membukakan pintu rumah. Karena, orangtua mereka sudah tertidur
sedangkan jika Lay membangunkan ayah dan ibunya, pasti ia kena marah untuk yang
ke lima kalinya. “Kenapa kau pulang semalam ini lagi?” “memangnya ini malam ya
kak?” Luna heran akan pertanyaan Lay dan ia hanya bisa memiringkan kepalanya.
“Bukannya masih jam sepuluh?” “siapa bilang? Lihat saja jam dinidng itu” Lay
menunjuk jam dinding yang dipaku diatas lemari es. Benar saja, jarum panjangnya
menunjuk ke angka enam dan jarum pendeknya menunjuk ke tengah-tengan antara
angka dua belas dan satu. “Hah? Setengah satu pa..” Lay segeramembungkam mulut
Luna. Penyakitnya “berteriak” mulai kambuh lagi. “Sssttt.. kakak ini sudah
pagi. Nanti orangtua kita marah” Luna segera melepaskan sekapan Lay, sungguh
keterlaluan sekali adiknya ini, tidak hanya membungkam mulut, hidung dan
matanyapun ikut dibungkam. “Lay! Aku tidak bisa bernafas!” Luna berteriak dalam
diam dan adiknya pun hanya tersenyum sambil memperlihatkan gigi-gigi putihnya.
“Yasudah! Cepat ganti bajumu, cuci muka, sikat gigi, masuk dalam kamar, jangan
lupa berdoa sebelum tidur, lalu tidur dan memimpikan aku, oke?” “kak, kau
seperti ibu-ibu yang cerewet. Ibu kita saja tidak secerewet kau!” “apa katamu?”
Lay tiba-tiba menerobos badan Luna dan segera berlari masuk kekamarnya hendak
menghindari amukan kakaknya. “Lay!!!!!”
dari pada Luna berteriak yang membuat seisi rumah bangun, teriakan tersebut
hanya ia batin dalam hati sambil mengepalkan tangannya.
---***---
“Noona, bangun noona” suara yang begitu lembut menyentuh daun telinga Luna,
“euhhh..” ia kini hanya menggeliat diatas tempat tidurnya dan beralih pandangan
menatap seseorang yang ada dihadapannya. “Noona
bangun..” suara itu kini semakin mendayu-dayu masuk ke telinga Luna. Tapi apa
daya? Sang putri kini telah tertidur bahkan makin pulas. Ahkirnya, jurus jitu nan ampuh dilayangkan oleh
seseorang yang suaranya mendayu-dayu tadi. “Chu~”
sebuah kecupan lembut mendarat di atas permukaan pipi Luna yang putih mulus.
Wanita yang tadi sedang berbaring tidur, kini ia menyadari ada sesuatu yang
barusan menempel pada pipinya. “Lembut” pikirnya. Benda yang tak asing lagi
banginya, hingga ia mengerjap-kerjapkan mata, merada pipi kanannya dan,
“hyaaa!!! Lay! Kau mencium ku, ha?” Luna bangkit dan sekarang posisinya duduk
diatas ranjang sambil berteriak shock karena kecupan tadi. “Sstt.... habisnya
kakak tidak juga bangun” Lay hanya bisa tersenyum penuh kepuasan kini. Hal yang
ia damba-dambakan terwujud. Membuat kakaknya terbangun dengan satu kecupan maut
andalannya. Lay kini tertawa puas melihat reaksi kakaknya, Luna. “Lay! K..kau!
Ah, awas kau! Lagi-lagi tak akan ku maafkan!” adiknya kini hanya bisa
menjulurkan lidah dan tiba-tiba membungkam mulut Luna. “Kak, jangan
teriak-teriak lagi. Ada tamu dibawah” segera Luna melepas kedua tangan adiknya
dari acara tindih menindih mulutnya. “Hah? Tamu? Siapa?” “lihat saja dibawah”
“ah, kau ini buatku penasaran saja” tatapan mata Lay seakan berbicara,
lihat-saja-sendiri.
Dari kamarnya,
Luna mendengar suara berat dua orang pria yang mungkin ia kenal. Dengan gusar,
ia turun melalui tangga dengan hanya mengenakan hot pants putih dan tanktop
berwarna merah, sedikit seksi dan vulgar memang untuk menemui dua orang yang
mengunjungi rumahnya kali ini. “Lu..Luna?” seseorang memiliki keperawakan
tinggi yang tengah terduduk diruang tamu bersama kedua orangtua Luna terkejut
dengan pakaian yang dikenakan wanita ini. Beberapa detik kemudian, seluruh
manusia yang terdapat diruang tamu rumahnya kini, menatap Luna dengan tatapan,
Luna-pakaian mu?
“Ah, maaf. Ayah,
ibu dan...” ia menghentikan kalimatnya sambil mengamati dua orang tamu
dihadapannya. Ya! Kedua manusia yang ia benci di kampusnya. “Maaf, Wu seonsaengnim dan.. Kris.” “Astaga, ada
apa mereka kemari dan..” Luna melihat pakaian yang ia kenakan dan segera ia
berlari masuk kedalam kamarnya. Menanggung malu setengah mati. Seksi sekali dia
untuk berhadapan dengan tamu semacam mereka. Kini, tak bisa dipungkiri, pipinya
merah merona karena malu.
---***---
Singkat cerita,
Luna kini tengah berada dihimpitan orang tuanya dan Lay berada disebelah
kirinya. Dihadapannya terpampang dua namja
yang duduk tegap dengan keperawakan yang sedikit.. em, hampir mirip dengan angry bird#plak. “Ada perlu apa bu
mereka berdua datang kemari?” Luna berbisik pada ibunya sambil sesekali melirik
kearah Kris dan ayahnya. “Nanti pasti kau juga akan tahu” “ah ibu!” Luna
berdecak kesal. Sedangkan Lay hanya cengar cengir, sepertinya ia tahu apa yang
membuat dosennya dan kakak tingkatnya datang kemari. “Jangan tertawa!” pekik
Luna ditelinga Lay. “Aku kan tidak tertawa, hanya memperlihatkan semburat
senyum kemenangan” “Lay!!!” teriak Luna dalam diam sambil kaki kirinya
menginjak kedua kaki adiknya dan, “aawww!” teriak Lay kencang. “Ada apa Lay?”
tanya Wu seonsaengnim. “Ah, tidak ada
apa-apa seonsaengnim” jawab Luna
cepat sambil menyuruh adiknya tidak berteriak lagi.
“Sebenarnya, kami
datang kemari untuk memnuhi persyaratan kami” Wu seonsaengnim memulai. “Persyaratan?”
batin Luna bingung. Wu seonsaengnim
menceritakannya dari awal hingga ahkir sampai munculnya persyaratan antara ibu
dan dirinya. Ceritanya panjang, karena sudah disinggung juga di chapter
sebelumnya. “Haa?” “What?” teriak
Luna dan Kris bersamaan sambil menatap tajam Wu seonsangnim. “Kris, bukankah impianmu dapat terwujud dengan cara
seperti ini?” “A..ayah? tapi, bukan begini caranya, aarghhh” teriak Kris
frustasi. “Aku tidak mau!” tegas Luna hingga ia beranjak dari tempat duduknya.
“Aku.. aku juga tidak.. em, tidak mau!” tolak Kris ragu-ragu. Padahal, batinnya
mengatakan jika ia mau.
“Oh, ayolah.. ini
demi kebaikan ayah kandungmu” “ibu......!!!” Luna semakin depresi dengan
hal-hal gila seperti ini. “Toh, jika kalian bersama, akan tumbuh benih-benih
cinta dengan sendirinya kan?” kini Ayah “angkat” Luna ikut mengomentari. “Tapi,
bukan begini caranya ayah!!” Luna sungguh frustasi kali ini. “Menikah jauh
lebih baik kan? Dibanding pacaran yang akan berahkir seperti..” “Lay!!!” teriak
Luna dan Kris bersamaan. Belum selesai Lay berbicara, kedua manusia yang hampir
menjadi kedua sejoli ini meneriakinya. “Benarkan ayah, ibu, dan Wu seonsaengnim, teriak saja mereka bisa
kompak.” “Terserah kau!” Luna menghampiri Lay dan menyentil dahinya, yang
disentilnyapun hanya meratapi kesakitannya. Tiba-tiba Kris berdiri dan ia
mengambil kunci mobil yang ada disaku jas ayahnya. “Maaf, saya permisi dahulu, ahjumma, ahjussi dan ayah!” ia melirik
tajam pada ayahnya sendiri dengan langkahnya yang mantap keluar dari rumah
Luna. Ayahnya beserta kedua orangtua Luna hanya bisa menghela nafas berat. Kris
tak memikirkan bagaimana nanti ayahnya pulang. Ia rasa, ayahnya sudah gila dan
setengah hati ia menolak pernikahan ala sinetron ini dan setengah hatinya lagi,
ia menerima.
---***---
“Kak.. kakak” Lay
mengetuk pintu kamar Luna dengan halus. Tidak ada jawaban. “Kak, buka pintunya”
Tidak ada jawaban lagi. Lay mulai cemas dan berpikiran yang aneh-aneh. Hingga
ahkirnya, tangan kanannya menjalar dan membuka knop pintu kamar Luna dengan
pelan. “Krekk” suara decitan yang terdengar sedikit horror mengawali langkah
Lay masuk kekamarnya. Dilihatnyalah sekeliling, tak ditemukan sosok yang ia
cari. Kini, matanya menangkap pintu kamar mandi dalam yang terbuka dan memperlihatkan sedikit celah.
Ia mengendap-endap dan mulai memperlebar celah pintu tersebut. “Kakak!!” pekik
Lay melihat kakaknya yang lemah tak berdaya didalam bathup
dengan cairan merah yang mengambang disana. “Kakak! Kakak! K.. kau” tapi, ia
tak mencium bau anyir seperti darah melainkan, “Hyaaa!!! Lay! Kau mengintipku
sedang mandi” “m..mandi?” “aku sedang mandi susu strawberry!” “ha? Tapi tadi..”
“aku tadi sedang tidur Lay!” sungguh sebuah kecurigaan yang tidak lucu, dari
pada ia dikira lelaki hidung belang, Lay segera keluar dan menunggu didalam
kamar Luna.
Kini Luna sudah
duduk dengan lutut tepat didepan dadanya, sebuah kebingungan dan kegelisahan
menyelimutinya. Lay hanya bisa melihat kakaknya yang menatap lantai dengan
kosong. “Noona..” “sssttt.. aku
sedang bingung dan tidak ingin berdebat dengan dirimu sekarang” “maaf kak soal
yang tadi” Lay tersenyum hingga memperlihatkan gigi-giginya yang putih dan
rapi, harapan untuk dapat jalur pintu maaf(?) dari sang kakak. “Aku ingin
bertanya padamu!” kini Luna membalikkan tubuhnya sembilan puluh derajat
menghadap Lay dan menatapnya lekat. “Tanya apa?” “bagaimana bisa Wu seonsaengnim dan orangtua kita memiliki
persyaratan gila seperti itu? Apa karena ia yang menabrak ayah?” “em, itu salah
satunya. Tapi, ibu memberitahuku ketika ayah kandung kita masih hidup, ia
sering berkunjung kerumah Wu seonsaengnim.
Saat itu, ia berteman dekat dengan ayah. Selagi waktu Kris hyung masih berumur dua tahun, ibunya telah meninggal dunia karena
entah suatu penyakit. Ayah dibuat kagum oleh Kris hyung karena ketampanannya semenjak masih kecil dan kepintarannya
dalam berhitung dikala itu, dan ayah mempunyai mimpi, jika Kris hyung dan kakak ketika sudah dewasa
nanti bisa menikah. Sungguh ayah sangat menginginkan itu. Karena menurut ayah,
kalian mempunyai banyak sifat yang sama. Begitu kak, sedikit rumit memang dan
rasanya seperti sinetron(?)” “sifat yang sama?” “iya, kakak dan dia sama-sama
menyukai pelajaran matematika, sama-sama suka makan dan sama-sama, ehem..
pintar” “kau berkata seperti itu tidak ikhlas ya?” kini mulailah perdebatan
yang tidak penting disela-sela perbincangan serius mereka. “Iya, iya aku
ikhlas, dari pada aku harus berlutut meminta maaf kepada mu.” “Lay. Tapi, hal
seperti itu tidak bisa dipaksakan. Aku juga tidak menyukainya. Dia saja yang
beruntung nanti jika menikahi aku” “aku memang tahu kak. Tapi apa boleh buat,
dari pada kakak bersama Chanyeol hyung
yang seenaknya saja, lebih baik bersama Kris hyung yang mau menerima kakak kan?” “setidaknya Chanyeol memikatku”
“tapi kenyataannya?” “berahkir dengan tidak apik.” “So... would you marry him?” “aku masih belum...” “demi ayah!” Lay
kini beralih menjadi lebih tegas. “Tapi..” “Ya!
Noona! Demi ayah kita..” “Ya! Jangan panggil aku noona! Tapi, ba..baiklah aku akan me..
me.. me..” “menikahi dia!” Lay melanjutkan dengan seulas senyum di bibirnya.
Luna hanya bisa menghela nafas berat dan mengiyakan mandat yang menurutnya
“gila” dari sang ayah. Bisa-bisanya, ia membuat anaknya depresi dengan
permainan gila ini. Menikah dengan orang yang tidak kau cintai. Sama seperti di
drama Korea berjudul Full House. Tapi
bedanya, pihak lelaki yang mencintainya.
---***---
“Luna.. Luna”
seseorang wanita dihadapannya kini sedang melambai-lambaikan telapak tangan
kirinya tepat didepan mata Luna. Ahkir-ahkir ini, ia sering sekali melamun dan
tidak konsentrasi terhadap skripsinya. “Ah, iya Vic. Sorry” Luna tertawa renyah dan menggaruk tengkuknya. “Kau ini
kenapa? Sering sekali melamun?” “aku tidak tahu Vic” “kenapa kau tidak tahu?
Kan kau yang merasakan? Apakah karena..” tiba-tiba sesosok pria tinggi bersuara
berat datang menghampiri mereka berdua. “Hai Yeollie..” sapa Victoria. “hai.. honey” senyuman keduanya terkembang di
wajah masing-masing yang membuat Luna muak. “Cih! Yoellie.. panggilan sungguh tak pantas.” Batin Luna
mengerikan. “Oh, Luna. Hai!” sapanya. “Ya, hai juga” jawabku dingin. “Oh iya,
Kris titip ini untukmu” ketika Luna ingin mengambil barang yang ada ditangan
Chanyeol, ia menariknya kembali dan meneliti setiap sudut benda itu. “Mawar
merah? Sejak kapan Kris berani memberimu ini” segera Luna merebutnya dengan
kasar dan menatapnya sinis. “Bukan urusanmu kan? Ini baru namanya laki-laki.”
Walau di bucket bunga tersebut terdapat kartu ucapan bertuliskan, “ini dari Wu seonsaengnim, bukan dari aku. Kris^^”
“Maksudmu, ketika
aku masih bersamamu, aku harus selalu membeli dan memberimu bunga mawar merah?”
“yang pastinya, ia setia kan? Em, tampan, tinggi, keren juga pintar” Victoria
berusaha menegahi mereka berdua yang berdeabat dalam dingin. “Ka.. kalian
sudahlah” “Vic, aku harus buru-buru. Oya, jaga kekasih mu ya agar tidak
mengganggu hidupku lagi. Bye~” “Luna,
Kris titip..” “sudah..sudah. Dia tidak senang kau mengganggunya” Victoria
menelungkupkan kedua telapak tangannya di kedua pipi Chanyeol yang membuatnya
luluh dalam tatapannya yang dalam. “Kau tidak cemburu?” “buat apa cemburu? Aku
sudah tahu ceritanya. Kau yang salah Yollie” “kenapa bisa aku?” “kenapa kau
tidak bilang, jika kau sudah memiliki aku?” “aku kesepian ketika kau tidak di
Seoul” “tapi, caranya bukan seperti itu, Yollie..”*gilee victoria sabar banget*
“Baiklah aku yang salah” kini Chanyeol tertunduk kepalanya. “Lalu?” Victoria
menunggu jawaban Chanyeol agar ia meminta maaf pada Luna. “Tapi, aku sangat
suka mengganggunya. Itu yang membuatku bisa lebih dekat dengannya” “maksudmu,
dekat dengan kepintarannya kan?” “i.. iya” “sudahlah, Yollie.. kau ini sudah
dewasa. Berpikirlah dewasa juga” “baik, terimakasih ya” keduanya kembali
mengulas senyum manisnya masing-masing.
Luna duduk diatas
bangku taman dan bersandar dibawah pohon rindang didekat lapangan basket outdoor kampusnya. Ia memandangi mawar
merah pada genggaman tangannya. Wu seonsaengnim
sungguh mengerti warna favorit dirinya. Ya! Warna merah seperti ini yang Luna
sukai. “Bunga ini.. harum” sambil Luna menempelkan hidungnya, mencium aromanya
lekat-lekat dan meneliti setiap inchi bunga mawar merah merona tersebut.
“Memang indah, tapi tak sindah..”Luna tak menyelesaikan gumamannya. Ia berpikir
ulang untuk memenuhi keinginan “gila” ayahnya dimasa lalu. Kenapa ia harus
mendapat “hal” yang seburuk ini? Pikirnya. Di sisi lain, ia melihat Chanyeol bersama Victoria sedikit
membuatnya muak. Tapi, lebih baik Chanyeol ditangani oleh seseorang yang
teramat sabar seperti Victoria dari pada dirinya yang selalu menggebu-gebu.
Sisi lainnya lagi, ia melihat Kris sebagai pemuda yang yah, memang cool dan pintar. Tapi karena ayahnya, ia
malah membenci orang yang tidak menaruh salah padanya. Ia takut, hal-hal
seperti ini akan membuatnya down dan
lupa dengan skripsinya yang hampir selesai. Bukannya lulus, malah ia harus
mengulang lagi. “Jangan sampai hal buruk
itu terjadi, Tuhan!” doa Luna dalam hati sambil ia memejamkan mata dan
menenangkan pikirannya sejenak.
Beberapa menit
kemudian, seseorang tengah berjalan kearah Luna dengan ragu-ragu dan mengambil
jarak beberapa centimeter duduk disebelah Luna. “Em, Lu.. luna” “em..” ia hanya
menggumam tanpa bergerak ataupun membuka matanya. “Aku ingin bertanya sesuatu
padamu” “tanya saja” “apakah kau menerima tawaran ayahku?” “demi kebaikan ayah
kandungku, iya” “oh! Kalau begitu, ayahku ingin kita melangsungkannya dua bulan
lagi, tepat setelah kita lulus” tiba-tiba Luna tersendat dan bangun sambil
memutar badannya kearah lelaki yang sedari tadi mengajaknya bicara. “Are you serious?” Kris hanya mengangguk
pelan. “Aku tidak mau secepat itu” “aku juga” Kris menambahkan. “Bagaimana
jika... dua tahun lagi” “ha? Dua tahun?” “kenapa sekarang jadi kau yang
terkejut. Bukannya bagus?” “ya.. ya memang bagus. Tapi, ayahku bisa marah besar
nanti. Bisa-bisa kita berdua diberi nilai D” “Kris, sudahlah. Lebih baik kita
bicarakan ini empat mata saja” “Ok! Baiklah!”
“Ehem..”
dibelakang mereka berdua munculah seseorang berbadan tambun dan berperawakan
tinggi mengagetkan mereka berdua. “Ah! Ayah, mengagetkanku saja!” Luna kini
bertatapan dengan seorang dosen yang juga memaksanya menikah dengan lelaki
disebelahnya tadi, siapa lagi kalau bukan Kris dan yang berdehem tadi adalah Wu
seonsaengnim alias ayah dari Kris. “Kris
kau pulang bersama Luna. Ayah akan ada rapat antar rektor kampus” “ayah aku ada
la..” “kau ini tinggal beberapa miggu lagi ujian! Sudah tidak usah main-main
basket lagi! Seperti anak kecil saja!” Luna kini hanya bisa terkikik melihat
wajah Kris yang biasanya cool dan
membuat beberapa wanita leleh ketika dipandanginya. Kini, rupanya sudah seperti
anak ayam yang sedang dimarahi sang induk. “Saya bisa pulang sendiri seonsaengnim” Luna menunduk sembilan
puluh derajat di hadapan dosennya kini. “Ah, tidak! Ibumu menitipkan mu padaku.
Aku tidak mau calon “menantu” ku kenapa-kenapa, dan sepertinya, ahkir-ahkir ini
kalian berdua sering pulang larut malam. Jadi, biar Kris yang menjagamu, ok
anak cantik?” “what? Calon menantu?”
batin Luna dengan mengerutkan keningnya. “Baik, ayah pergi dahulu” sebelum ia
beranjak dari tempat berdirinya, Wu seonsaengnim
mengacak-acak rambut Kris dan Luna. “Ayah, rambutku rusak nanti” ia membuat
bibirnya berkerucut dan Kris benar-benar terlihat seperti anak kecil kali ini.
Luna yang melihat sisi “kelucuan” dari Kris kini tertawa terbahak-bahak sambil
menutupi mulut dengan telapak tangan kanannya. “Kris.. Kris, kau ini” “ada apa
denganku?” Kris menatap Luna curiga. “Kau lucu sekali, Kris. Jadi, saat kau
bersama ayahmu, kau berubah menjadi anak kecil ya? Lihat ekspresi mu tadi” Kris
pun ikut tertawa, sungguh indahnya melihat gadis yang satu ini bisa tertawa
lepas. “Aku memang lucu, terimakasih” ujarnya percaya diri. “Kris....” Luna
beralih ekspresi menjadi datar dan ia beranjak hendak pergi meninggalkan Kris,
tapi bukan karena perkatannya barusan. Melainkan adanya kelas sepuluh menit lagi.
“Oya, aku ada kelas sepuluh menit lagi, aku keatas dulu, bye~” “Ya, bye~” Jawab
Kris sesaat setelah Luna berlalu dari hadapannya, ia hanya bisa senyum-senyum
sendiri. Yak! Kesempatan kedua untuk bersama Luna kini datang lagi.
“Terimakasih Tuhan..” seakan-akan Kris sedang mendapat rejeki nomplok dari Yang
Maha Kuasa.
---***---
“Krystal!” teriak
Luna dari kejauhan, suaranya terpental diantara lorong-lorong kampusnya, bisa
dibilang menggema. “Ya?” Krystal berbalik dan berjalan kearah Luna. Segera ia
merangkulkan tangan kanannya kepundak Krytal dan ia seperti ingin membisikkan
sesuatu. “Krystal, kau tahu sesuatu yang baru dari aku dan Kris, tidak?”
“tunggu, sepertinya hari ini Lay ingin menceritakan sesuatu padaku dan Sulli.” “kalian
bertiga janjian?” “iya!” “dimana?” “cafe biasa kami bertiga nongkrong”
“seberang kampuskah?” “ya! Kakak mau ikut?” “ayo, boleh. Aku penasaran dengan
apa yang akan kalian bicarakan” “baik, ayo!” mereka berdua segera berjalan
keluar gerbang kampus dengan merangkul satu sama lain.
“Kling..”
Suara bel yang
sengaja ditaruh diatas pintu masuk cafe seberang kampus berbunyi, pertanda ada
pelanggan yang akan masuk. Krystal dan Luna-lah pelanggan tersebut. Mereka
masuk dan matanya menangkap dua anak manusia yang duduk di ujung dekat jendela.
Mejanya bertuliskan “reserved.” Sudah seperti orang penting saja, pikir mereka.
---***---
“Hei kalian!”
Krystal menyapa dua kawannya kini. “Ah, ada Luna oenni. Duduk disampingku saja” Sulli dengan seulas senyum mempersilahkan
Luna untuk duduk disebelahnya sambil ia menarik kursi yang akan diduduki Luna.
“Sulli, biar kakakku duduk disampingku saja” Lay tak mau kalah. Ia pun berlaku
seperti Sulli memperlakukan Luna tadi. “Atau disebelahku?” Krystal mulai
ikut-ikutan sambil tersenyum jahil dan menepuk-nepuk kursi disebelahnya.
“Sudahlah, kalian jadi ribut sendiri. Aku duduk disini saja” seraya Luna
tertawa kecil dan ia memilih tempat duduk dihadapan Krystal
“Jadi, apa yang
akan kalian bicarakan?” Luna memulai membuka “forum” tersebut. “Ya, seperti
yang kau tahu kak. Kau akan menikah dengan seseorang dalam waktu singkat”
“Menikah?” Sulli dan Krystal menengahi bebarengan. “Ssstt... jangan
keras-keras!” pinta Luna sambil menahan teriakan mereka berdua. “Jadi, ini yang
akan kau bicarakan Lay, kukira apa!” Luna kembali berbicara. “Ini berita hot kak!” “Ya, ya terserah kau!” “oenni, kau akan menikah dengan siapa?”
Sulli mendekatkan kepalanya kedepan muka Luna dan berbicara seakan-akan seperti
sedang membicarakan strategi untuk perang. “Ya, kalian pasti tahu, siapa lagi
jika bukan...” tiba-tiba, bel cafe tersebut berbunyi dan membuat keepat orang
yang sedang membangun “forum” kecil-kecilan menoleh kearah suara. Didapatinya
seseorang mendekat kearah mereka. Segera, mereka mengehntikan aktifitas
bincang-bincang kali ini.
“Oh! Maaf,
ternyata kalian” lelaki ini tertawa renyah karena merasa ia menjadi pusat
perhatian keempat manusia ini. “Oya, sudah waktunya aku harus pulang. Bye~” seperti Luna mengerti mengapa
orang ini datang kemari dan ia beranjak dari tempat duduk, lalu berpamitan.
“Baik, kami berdua pulang dulu” Luna bersama seorang pria ini, berlalu sambil
melambaikan tangan. “Bye hyung~ bye
oenni~” sisa mereka bertiga, ahkirnya melanjutkan lagi “forum” tersebut.
Namun, Krystal dan Sulli hanya mengangguk-angguk, sepertinya mereka tahu
jawabannya. ~
TBC
Hollaaaa~ masih TBC heheh tenang...
Oyahhh~~ aku rada bingung nih, saran dong kira2 mpe chapter berapa
yaa END-nya
Yang pastinya happy endinglah hehehe :D, thanks for reading.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar