Jumat, 12 Juli 2013

Sevent Sense (ExoFF)



Tittle: Seventh Sense
Genre: Brothership, comedy (?), lilbit tragedy and horror
Lenght: Oneshot!!
Cast: Exo’s Kai, Exo’s Suho, Exo’s Sehun
Support cast: find it!! :p 
Rating: PG-15

NB: haihai :D *lambai-lambai ala mrs.universe. im bek agein wkwkwk *bangga lu thor?* okelah, aku sedang mencoba membuat ff dengan pairing yg semoga kalian pada suka, tenang ini bukan yaoi jadi ff untuk 3 thn kebawahlah *loh?* okehh semoga kalian suka dan setelah baca, commentnya yaa di mohon dengannn saaangaaattt:D kalo mau baca Ffku yg lain baca aja di blogku: www.myeunikeblogger.blogspot.com *numpang ngeksis* dan pastinya comment juga yee *biar kerasa rame gitu blogku--“* thanks juga buat admin yang sudah mem-publish-kan ff yang mungkin sedikit absurd ini. Oya, epep ni terinspirasi dari salah satu film hollywood, tapi alur, jalan cerita *apa bedanya??* dan pemain pastinya beda okeee!! Maap bila ada typo-typo dan kawan2nya. Check this out!!
.
.
.
~I keep falling in love, falling in love
Neoman bomyeon nae maeumi oh oh oh oh
Falling in love falling in love
Neol gatgosipeo na eotteokhae boy~
*author juga black jack hhehe*
Sebuah ponsel tergeletak di atas meja kecil disamping ranjang king size super nyaman milik seorang namja yang, yah.. tidak tinggi-tinggi amat badannya. Ponsel tersebut berdering dengan ringtone lagu sebuah idol group yang baru-baru ini comeback. Sang lelaki berparaskan wajah tampan ini menggeliat dibalik selimut tebalnya. Maklum saja, karena udara diluar panas, maka ia menyalakan AC-nya dan malah kedinginan.

“Aissh, siapa sih yang telepon siang-siang begini? Mengganggu tidurku saja!” gerutunya. “Ya, halo?” “ya!! Hyung! Kau lupa menjemput adikmu ini, hah?!!” seseorang diseberang sana tengah berteriak yang membuat lelaki yang masih bermalas-malasan diatas kasurnya kini menjauhkan ponselnya dari telinganya. “Aww! Suaramu keras sekali!” “aku kan memintamu menjemput jam satu siang tepat! Kenapa sampai jam tiga belum kau jemput juga!! Jangan bilang kau tertidur lagi Suho-hyung?” lelaki yang akrab dipanggil dengan Suho kini menepuk jidatnya sendiri. “Oh! Maaf aku lupa, ehehhe” Suho hanya tertawa renyah atau lebih tepatnya tertawa garing. “Baik, baik! Aku akan menjemputmu sekarang juga!” “ok! Cepat ya hyung, kalau tidak pasta kesukaanmu akan kubabat habis, aahahha” “hyaa!! Kau di restoran Italy depan kampusmu? Kenapa tidak bilang?? Jangan habiskan pastanya! Awas kau! Aku sampai lima menit lagi, wait me!” “ahahhaa, iya! Ku tunggu! Demi pasta-mu!

Suho segera beranjak dari kasurnya. Kebiasaannya yang setelah bangun tidur malam maupun siang, ia selalu merapikan kasurnya. Tapi, untuk kali ini, ia tidak peduli dengan beres atau tidak kasurnya. Tanpa basa-basi dan tanpa menyikat giginya yang biasa ia lakukan setelah bangun tidur, Suho segera menyabet ponsel, memakai sepatu yang ia letakkan di kolong tempat tidur dan keluar menuruni anak tangga. Ia dan adiknya tinggal berdua, ayah mereka sedang berada di London untuk bisnis otomotifnya dan ibu mereka sedang berada di Paris untuk bisnis fashion-nya. Memang kedua orangtuanya sangat sibuk. Saking sibuknya, mengunjungi mereka berdua hanya setengah tahun sekali, miris memang.

Lelaki ini menaiki mobil hitam legam bermerekkan B*W hadiah dari ayahnya. Ia terburu-buru dan hampir lupa untuk mengunci pintunya. Sekali lagi, ia terburu-buru bukan karena menghawatirkan adiknya, tapi menghawatirkan pastanya agar tidak dilahap oleh adik bungsunya, karena adiknya yang satu lagi sudah meninggal lima belas tahun yang lalu.
Di dalam mobil, ia mendengarkan lagu favoritnya dan adiknya. Lagu dari Avanged sevenfold yang berjudul hail to the king. Ia mendendangkan satu persatu lirik dari lagu tersebut dengan lugas sambil menggerak-gerakkan kepalanya dan seakan mengibaskan rambutnya. Tiba-tiba, lagu tersebut berganti menjadi lullaby yang mendayu-dayu. Sampai-sampai, Suho lupa jika ia sedang menyetir. Lullaby tersebut telah berhasil membuat mata Suho yang memang semenjak ia berangkat kelopak matanya tidak bisa ia ajak kompromi. Tertutuplah mata tersebut.

At Italian’s food resto
“Katanya lima menit sudah sampai, mana?” lelaki yang tingginya melebihi Suho tengah menunggu sambil menikmati gellato ice cream-nya. Ia bernama Kim Jong In atau biasa disapa dengan Kai. Ia memilih tempat duduk disamping kaca jendela luar, agar ia bisa melihat apakah kakaknya sudah datang atau belum. Kai sudah membayar semua makanannya, sebenarnya ia sangat tergiur dengan pasta yang disajikan dihadapannya. Sayang, itu untuk kakaknya. Ia terkadang mencuri-curi beberapa suap dari pasta tersebut.

“CIITTT.. BRAKKK!” *sorry kalo agak gak elit suaranya hehehe*

Sontak orang-orang disekeliling kejadian tersebut mengalihkan pandangannya pada dua mobil yang tak bisa dibilang murah ini. Tak terkecuali Kai yang berada didalam restoran Italy yang memang kejadian ini tepat berada didepan restoran tersebut. Karena tabrakan tersebut cukup kencang dan sampai ke gendang telinga Kai. Segera, kepalanya ia putar sembilan puluh derajat kearah kanan. Iapun ikut beangkit dari tempat duduknya mengikuti penghuni restoran lainnya. Kai segera keluar dan diterobosnya satu persatu manusia yang ada dihadapannya. Diamati tiap detail kedua mobil dihadapannya yang depannya sama-sama remuk. Ia masih curiga dengan mobil B*W hitam legam yang ia rasa seperti mobil kakaknya, Suho. Begitu banyak orang yang mengerubinginya dan berusaha mengeluarkan orang yang ada didalam mobil tersebut. Kedua mobil yang sama-sama berwarna hitam tetapi berbeda merek ini, rusak parah dibagian depannya. Sang pengemudi juga tak kunjung keluar. Ketika Kai mengintip orang yang mengendarai B*W lewat jendela gelapnya dengan kedua telapak tangannya menutupi sisi-sisi matanya. “I.. itu.. hy.. hy..hyung!!!” teriaknya panik. Dengan cekatan, ia membuka pintu mobil tersebut, untung tidak dikunci oleh pengendaranya.

Ditarik dan diangkatnya Suho dengan hati-hati. Kai sangat miris dan merasa bersalah, pasalnya kakak satu-satunya yang ia miliki mengalami kecelakaan dan membuat kepalanya terbentur dengan darah bercucuran. “Iya! Mungkin dia pingsan! Iya! Ia hanya berpura-pura pingsan!” pikir Kai miris dalam hati. Tanpa sengaja, ia meneteskan butiran-butiran kristal karena rangsangan dari otak beserta hatinya yang amat perih.

“Nak, apakah dia keluargamu?” tiba-tiba, ada seorang lelaki yang sudah berumur menepuk pundak Kai. “I.. iya ahjussi, ada apa?” “karena pengemudi kedua mobil ini sama-sama belum sadar, akan aku teleponkan ambulan dari rumah sakit terdekat” “oiya!! Ah! Pabo kau Kai! Kenapa tidak telpon ambulan dari tadi?” saking bingungnya ia dengan keadaan Suho, sampai-sampai ia tidak tahu harus bagaimana. “Baik ahjussi! Terimakasih sekali!” Kai sebenarnya agak tidak peduli dengan keadaan pengemudi didalam mobil hitam yang satu lagi. Ia hanya memfokuskan pandangannya pada Suho, kakak yang ia sayangi.


At Gangnam International Hospital

Sirine ambulan sontar terdengar dari jarak beberapa meter. Petugas UGD yang peka terhadap sirine ambulan itupun mengerti akan isyarat tersebut. Mereka bersiap didepan ruang UGD dan tengah menunggu mobil ambulan tersebut parkir dengan tepat.
Dengan dibantu supir, ahjussi yang menghampiri Kai tadi dan Kai sendiri menurunkan kedua orang pengemudi mobil hitam yang dikendarai dua orang laki-laki. Salah satunya yaitu Suho. Mereka segera melarikan kedua pemuda ini masuk kedalam dan segera ditangani. Kai yang sedihnya makin menjadi, merasa firasatnya sangat buruk kali ini. “Hy.. hy.. hyung, jangan tinggalkan aku ya, aku takut sendirian dirumah. Kau tahu kan, appa dan oemma pasti jarang pulang kerumah, dan aku juga tidak ingin ikut mereka pergi ke berbagai negara. Pasti mereka juga tidak akan memperhatikan aku. Hanya kau yang selalu bersamaku dirumah, hyung.. hyung..” Kai terus saja mengomel pada hyung-nya sambil sesekali menyeka air mata yang jatuh hingga membasahi bagian kerah baju yang Suho kenakan, seakan hyung-nya mendengar semua perkataannya. Ia dan beberapa orang lainnya mendorong Suho masuk ke ruang pemeriksaan agar cepat ditangani.

“Oh, maaf. Anda berdua dilarang masuk kesini” seorang wanita memakai terusan putih hingga ke lutut dengan dilengkapi topi khasnya. Ya! Ia adalah seorang suster. Suster tersebut tersenyum kepada si ahjussi tadi dan Kai. Adik Suho satu-satunya ini masih mematung didepan pintu dan membiarkan air matanya menetes membasahi sedikit bajunya. “Nak, sudah jangan bersedih. Pria yang juga menabrak salah satu anggota keluarga mu tadi, ia adalah putraku. Jadi, jangan sedih lagi ya” ahjussi ini menepuk pundak Kai dan tersenyum hangat dan tulus padanya. “Ah.. ahjussi tidak sedih?” “ini bukanlah ahkir dari segalanya, nak. Ahjussi yakin ia akan sembuh. Kau juga harus seperti itu ya! Atas nama anak saya, saya selaku orang tua meminta maaf atas kejadian ini, ya” “ti.. tidak apa-apa ahjussi.” Kai mencoba menyunggingkan senyuman tulus. “Baiklah, terimakasih telah memaafkan anakku. Berhentilah bersedih, berdoa selalu untuknya! Hwating!” Ahjussi ini mengepalkan tangan kanannya ke udara dan membuat Kai lagi-lagi menarik ujung-ujung bibirnya membentuk sebuah senyum indah. “Terimakasih ahjussi atas penghiburannya” setelah itu, ahjussi ini pergi meningkalkan Kai yang masih berdiri didepan ruang pemeriksaan.

“Kai, oh.. sorry, hyung” Kai yang merasa dipanggil dari arah belakang, segera menoleh. “Kenapa kau disini?” tanya Kai dengan nada yang lesu. “Aku sahabat kau dan kakakmu. Mana mungkin aku tidak tahu.” Lelaki berperawakan tinggi setara dengan Kai dan memiliki kulit seputih susu tengah menghampirinya. “Dari siapa kau tahu, Oh Sehun?” “kau duduk dulu saja, nanti kau capek berdiri terus” ahkirnya, mereka berdua duduk diruang tunggu. Pandangan mata Kai ketika berbicara dengan Sehun terlihat kosong. Ia hanya menatap lantai rumah sakit yang putih bersih dan sama sekali tatapan matanya tidak bertemu dengan tatapan mata Sehun. “Tadi aku masih ada di kampus, hyung. Dan aku tak sengaja melihat tabrakan itu, setelah ku amati ternyata itu..” belum selesai Sehun meneruskan penjelasannya, Kai cepat-cepat memotong. “Sudah, terimakasih. Penjelasanmu cukup” Sehun juga merasakan apa yang Jong In rasakan dengan melihat sahabatnya ini dalam keadaan sedih, sedih yang sangat teramat. “Hy.. hyung. Aku juga sedih melihat hal ini. Tapi, kita berdoa saja yang terbaik buat Suho hyung.” Tiba-tiba, Kai berbalik kearah Sehun dan memandangnya dengan tatapan nanar. Sehun paling tidak senang jika Kai atau Jong In sahabatnya menatap dengan tatapan seperti ini. Kai meraih bahu Sehun dan memeluknya erat, sangat erat. Kai menangis sekencang-kencangnya sambil wajahnya ia benamkan di pundak Sehun, ia pun tak sengaja mengguncang-guncangkan badan Sehun dan sedikit-sedikit memukul punggung Sehun keras. “Hyung.. a.. a.. aku tahu k.. kau tak akan pernah meninggalkanku. Hy.. hyung.. ma.. maafkan aku. A.. aku memang bukan a.. adik yang baik bagimu. Hy.. hyung.. bisakah kau ba.. bangun sekarang dan sem.. sembuh dari luka kecelakaanmu? Hyung.. hyung.. ja.. jangan tinggalkan aku, HY.. HYUNG!!!!!!!” Kai menangis sesenggukan.

Sehun sangat pilu mendengar teriak tangis dari sahabatnya. Ia rela kaos yang ia kenakan basah dengan air mata Jong In. Bahkan ia rela Jong In melakukan ini padanya. “Jong In hy.. hyung, kau boleh memukulku jika kau menginginkannya. Silahkan pukul punggungku se.. sekeras mungkin, kalau itu bisa menenangkanmu” Sehun pun ikut meneteskan butiran kristal dari matanya dan berdoa dalam hati untuk Suho.


3 MONTHS LETTER

Sebagai seorang fotografer, seseorang yang memiliki name tag bertuliskan Kim Jun Myeon. Sedang menikmati libur musim panasnya. Walau ia libur, tidak henti-henti imajinasinya untuk mengambil gambar dari sekelilingnya. Ia juga pintar melukis dan pastinya waktu luang liburan musim panas selama dua bulan ini ia gunakan juga untuk menyalurkan imajinasi terpendamnya dengan melukis di atas kanvas. “Sepertinya jika aku ke pantai, banyak objek yang bagus untuk di foto” pikiran Suho sudah mulai tidak beres.

Dilihatnya arloji di tangannya. Menunjukkan pukul sepuluh pagi. “Krucuk.. krucuk..” suara yang familiar ditelinganya. Ia tahu jika penghuni di perutnya meminta untuk diisi. “Ah, enaknya makan dahulu jam segini” Suho mengelus-elus perutnya dan meletakkan camera SLR-nya di meja samping tempat tidur. Ia melangkah keluar kamar dan menuruni tangga. Berjalan kedapur dan membuka kulkas sambil memilih-milih bahan makanan apa yang akan ia masak. “Kenapa tidak ada yang bisa dimasak, sih?” keluhnya. Diseberang sana, tepatnya ada seseorang lelaki yang sedang duduk didepan TV. “Kai..” sapanya. Yang dipanggil hanya menoleh dan memilih untuk mengacuhkannya. Kai mengambil remote control TV dan menekan tombol “off” sambil lalu dari depan Tv dan masuk kedalam kamarnya yang ada di lantai bawah.

“Kai, kau kenapa?” Suho merasa ada yang aneh dari sifat Kai kali ini. Ia mengejar Kai hingga kedepan kamarnya.

“BLAM!!”

Suara yang ditimbulkan dari dentaman keras pintu kamar Kai, membuat langkah Suho berhenti beberapa senti dari depan kamar Kai. “K.. kai, kau kenapa? Ada masalah? Kenapa tiba-tiba seperti ini?”. Masih belum ada jawaban dari dalam kamarnya. “Baiklah Kai, kalau aku ada salah hyung-mu ini minta maaf dan aku akan pergi mencari..” “pergilah hyung” Kai segera memotong perkataan kakaknya. Suho pun hanya bisa berlalu dari depan kamar Kai dan menunduk lesu. “Mungkin ia baru saja putus dari pacarnya dan galau, yah.. galau” pikir Suho mencoba positive.

Suho mencoba merefreshingkan pikirannya. Karena mobil B*W-nya sudah hancur dan remuk, ia memutuskan untuk berjalan kaki mencari restoran terdekat. Dari arah kejauhan ada seseorang yang sedang mengamati Suho sedang menyebrang jalan, ia pun mengikutinya.
Suho merasa ada seseorang yang mengikutinya dari belakang. Ia pun menoleh. “Tidak ada siapa-siapa” mulai berjalan lagi. “Tap.. tap.. tap..” suara langkah kaki yang terdengar jelas dari balik arahnya. Ia berbalik lagi. “Hah? Tidak ada siapa-siapa lagi” Suho mulai merasa ada secret admire yang mengikutinya. Ia pun hanya mengacuhkan dan tersenyum karena saking percaya dirinya. Tiba-tiba, dihadapannya. “Hyung!!!!” seseorang lelaki yang lebih tinggi dari dirinya melompat didepannya. “Hyaaaa!!! Setan!!!” Suho yang akan kabur pun ditahan oleh lelaki ini. “Hyung, aku bukan setan. Aku Sehun.” Lelaki yang didapati bernama Sehun ini pun memasang muka yang datar, sangat datar. Melebihi datarnya tembok rumahnya(?).

“Ah, kau ini! Mengagetkanku saja! Aku kira ada seorang wanita secret admire ku yang sengaja mengikuti aku” “hyung.. hyung. Hari gini masih terlalu kepedeaan. Please!” “biar saja!” Suho menjulurkan lidahnya. “Oya, ngomong-ngomong, kau mau pergi kemana? Ku lihat dari tadi buru-buru sekali.” “aku ingin ke restoran itu” Suho menunjuk restoran jepang diseberang jalan. “Kau? Kau bis.. ah, hyung mau kesana?” “iya. Kau mau mentraktir aku?” “baiklah, untuk kali ini aku mentraktirmu” “bagus! Ayo!” ditariknyalah tangan Sehun oleh Suho dan segera menuju tempat restoran yang dimaksud.

At Japannese resto

“Kau mau makan apa hyung?” “sushi saja” “yakin? Baiklah aku juga. Minumnya?” “soft drink” “ok” Sehun mengangkat tangannya dan pelayan wanita restoran tersebut datang menghampirinya dan Sehun menyodorkan kertas menu tersebut. “Nyaman sekali disini” Suho merenggangkan badannya yang terasa pegal. “Jelas lah disini nyaman, hyung. Kita kan memilih tempat duduk yang sofa” jelas Sehun dengan wajah datar, lagi.

Ada seorang anak kecil berjenis kelamin laki-laki yang lewat didepan mereka berdua. Ia pun menyapa keduanya. “Annyeong..” sapanya sambil bibirnya membentuk lengkungan yang hangat. “Ah, kau lucu sekali” Sehun mencubiti kedua pipi anak kecil ini. “Namamu siapa?” Suho menunduk dan bertanya. “Namaku Nobi” “nama yang bagus. Perkenalkan aku Sehun” Sehun mengulurkan tangannya sambil tersenyum dan Nobi menjabat dengan tangan mungilnya. Kini giliran Suho yang mengulurkan tangan dan tersenyum sambil memperkenalkan dirinya. “Hai Nobi. Namaku Suho” Nobi menjabat tangannya. “Hyung, kenapa tangan hyung dingin sekali, kan sekalang musim panas?” ia bertanya dengan aksen celatnya, “ah, masak?” “iya, menulutku sih” Sehun tertawa, “cara bicaramu lucu, Nobi” “hyung, aku mau kesana dulu ya, babay~” Nobi berangsur pergi dan tidak lupa melambaikan tangan pada Suho dan Sehun. Merekapun membalasnya.  

Suho memicingkan mata ketika melihat bocah itu menggandeng seseorang tapi yang digandenggnya tidak terlihat. “Hey Sehun!” “ya?” Sehun memalingkan wajahnya kearah Suho. “Anak itu pulang bersama siapa?” “oh, anak itu pulang bersama ibunya” “ibunya?” tanya Suho bingung. “Bukannya ia sendiri? Ia terlihat tidak menggandeng si..” Suho belum menyelesaikan kalimatnya dan sudah dipotong  oleh Sehun. “Ia bersama ibunya. Sudah kutebak kau tidak akan bisa melihat ibunya. Apakah kau sudah lupa?” Sehun bertanya balik. “Lupa apa?” “kalau aku memiliki sixth sense dan anak kecil juga kebanyakan memiliki hal itu” “jadi? Maksudmu, ibunya sudah meninggal begitu?” Sehun hanya mengangguk. Bulu kuduk Suho berdiri seketika. “Siang-siang dan panas-panas begini, ada juga hantu yang nongol ternyata” pikirnya sedikit aneh.
Sang pelayan restoran bersama makanan yang mereka pesan telah datang. “Tuan, ini pesanan anda” katanya dengan aksen yang sopan. Pelayan itupun segera beranjak kembali ketempatnya. Sebelum itu, “Pelayan! Pelayan!” panggil Suho. Tapi, nampaknya pelayan itu tidak mendengar karena ia tidak menoleh sedikitpun dan terus berjalan. “Biar aku yang panggil saja hyung! Kau mau apa?” “oh, baiklah. Aku jadi merepotkanmu. Aku mau tambah air mineral saja” “Pelayan!” panggil Sehun sambil mengangkat lengan kanannya. “Oh, iya tuan, ada yang bisa saya bantu?” pelayan tersebut mengubah arah jalannya dan berjalan ke meja mereka. “Aku pesan satu air mineral ya. Thanks!” “baik!” dan pelayan itu setelah beberapa menit kembali lagi sambil membawakannya sebotol air mineral, dingin pula. Sangat cocok untuk udara panas seperti saat ini.

“Kunupu juku kuu yung mumunggul, duu munuluh, kutuku uku yung mumunggul, iu tuduk munuluh? (kenapa jika kau yang memanggil dia menoleh, ketika aku yang memanggil, ia tidak menoleh?)” tanya Suho sambil mengunyah sushi-nya. “Telan dulu hyung” Sehun tertawa melihat mulut lelaki yang duduk berhadapan dengannya penuh dengan makanan hingga hampir keluar. Suho segera menelan makanannya dan mengulang pertanyaannya lagi. Sehun-pun hanya menggindikkan bahunya. Waktu dua jam mereka habiskan dengan canda tawa dan makan. Yah, walaupun orang-orang disekitarnya merasa aneh dengan mereka. Let them happy, right?


At Gangnam street

“Sehun, mau kah kau menemani aku jalan-jalan kali ini?” “baiklah, memangnya ada apa? Kau tak ingin pergi kepantai dan mengambil gambar wanita-wanita cantik disana?” goda Sehun. “Ah, dari pada dosaku bertambah. Lebih baik aku jalan-jalan di sekitar sini bersama mu” “bagaimana dengan Kai hyung?” seketika itu juga Suho menunduk lesuh  dan menghela nafas berat. “Ada apa hyung? Ada masalah dengannya?” “entahlah. Dia semakin berubah. Tak pernah mau bertemu denganku” Suho menggindingkan bahunya. “Aku tak pernah berbicara lagi dengannya. Melihatnya saja hanya lima menit setiap hari. Apa kau punya solusi? Atau kau tahu penyebab Jong In jadi seperti itu?” “A.. aku tidak tahu hyung, maaf. Em, mungkin kau bisa memakai caraku” “apa itu?” Suho dengan cepat menoleh kearah Sehun dengan mata berbinar-binar yang sebenarnya membuat Sehun sedikit, err.. merasa seram. “Hyung, jangan menatapku seperti itu” katanya sambil menambah jarak diantara mereka. Karena wajah Suho begitu dekat dengan wajahnya. “Oh, baiklah. Apa solusimu?” “begini hyung, dulu aku juga pernah marahan dengan Luhan hyung sampai-sampai ia tidak ingin berbicara padaku.” Sehun mengingat masa lalunya dan wajahnya tertekuk seketika. “Oh, yang waktu itu ya?” “ah, sudah lupakan. Lalu, ketika aku ingin meminta maaf. Aku berbicara padanya ketika ia tertidur. Dengan seperti itu, ia mendengarmu walau ia sedang tertidur. Begitu saranku, hyung” jelas Sehun panjang lebar. “Baiklah, akan kucoba. Thank you ya, Sehunnie.. kau memang adikku yang paling baik” Suho merangkul leher Sehun dan mengacak-acak rambutnya yang tergerai menutupi dahi dan lehernya. “A.. a.. aku.. a.. aduh.. hy.. hy.. hyung, awww!!” pekik Sehun. “Oh, hehehe maaf!” Suho hanya bisa tertawa dan memperlihatkan gigi-gigi yang bisa dibilang putih dan rapi.

“Oya, kau mau menemani ku ke museum itu tidak?” Suho menunjuk museum nasional diseberang jalan sana. “Em hyung~ kau yakin?” “memangnya kenapa? Mungkin benda-benda disana bisa menjadi objek fotografi ku” “oh, ba.. baiklah” jawabnya tak yakin. Sehun merasakan hawa-hawa yang tidak enak, ketika terahkir kali mengunjungi tempat tersebut. “Ok! Ayo!” Suho merangkul Sehun walaupun dengan agak jinjit. Karena, tahu sendiri, Sehun lebih tinggi dari pada Suho.


At National Museum

Mereka masuk museum nasional dengan membayar sebesar 10.000 won. Mahal memang, karena saat ini sedang musim liburan dan banyak pengunjung yang datang. Mereka melihat-lihat benda-benda antik. Lantai pertama museum meliputi 10 buah aula yang menampilkan benda-benda prasejarah, seperti artefak zaman PaleolitikumTiga Kerajaan Korea (SillaGoguryeoBaekje) dan Balhae. Di lantai ke-2, menampilkan karya seni Korea seperti kaligrafi dan berbagai jenis lukisan klasik. Lantai ke-3 menampilkan berbagai teks Buddhis, keramik, karya seni dari metal serta artfefak dari CinaJepangIndiaIndonesia dan Asia Tengah. *diambil dari wikipedia, search: museum nasional korsel :D*
Ketika Sehun dan Suho menaiki lantai dua yang terdapat kaligrafi dan berbagai jenis lukisan klasik. Bulu kuduk Sehun mulai berdiri. Sedangkan Suho? Ia tenang-tenang saja, bahkan ia sibuk mengambil gambar lukisan-lukisan yang terpampang cetar membahana(?) di dinding yang dominasi warna putih. Ketika Sehun sedang menunggu Suho mengambil sudut pandang untuk kamera ponselnya, ia hanya terdiam mematung jauh dibelakang Suho. “Hey! Sehunna kau kenapa berdiri disitu? Kemarilah!” Sehun hanya menunduk tidak berani menatap Suho. “Ya!! Kenapa kau diam?” “ah, tidak apa-apa kok hyung. Lanjutkan saja!” Suho mendekat kearah Sehun dan ia pun menggaet Sehun paksa mendekat kelukisan seorang wanita yang akan Suho abadikan gambarnya.
Sehun masih menunduk menatap lantai. “Sehun? Are you ok?” Sehun hanya mengangguk. Suho ahkirnya berhasil mendapatkan sudut pandang yang pas dan mengambil gambar lukisan tersebut. Ia beralih ke lukisan diseberangnya. Lukisan klasik yang Suho dan Sehun pun tidak tahu apa arti dan maknanya. Rumit pikir mereka. Bulu kuduk Sehun kembali berdiri dan tubuhnya mengucurkan keringat dingin hebat. Kali ini ada yang menyentuh pundaknya. Padahal ia tahu dibelakangnya tidak ada siapa-siapa. Suho yang masih sibuk dengan aksinya tidak memperdulikan Sehun. Dikeluarkannyalah ponsel bermerek apel yang tengah dimakan setengahnya dan ia melihat pantulan seorang wanita tinggi mengenakan pakaian serba putih dibelakangnya. “Ma.. mau apa di.. dia?” batinnya takut. “Kenapa ia tak juga menyingkir, aku kan risih!” ia tak sengaja menghentakkan kakinya.

“Suho hyung.. bisakah kita pulang sekarang juga?” Sehun tampak tak bergerak dari tempat berdirinya. “Kenapa? Kau sakit ya?” Suho meraba-raba wajah Sehun. “Ti.. tidak hyung. Aku hanya ingin pulang” Sehun menepis tangan Suho dengan halus. “waeyo?” Sehun dengan cepat menggeret Suho menjauhi lukisan sedikit abstrak tadi. “A.. aku.. aku..” “aku apa?” “aku melihatnya!” “melihat apa?” “i.. itu.. i.. itu.. wa.. wanita” telunjuk kiri Sehun menunjuk kearah dimana ia berdiri tadi. “Tidak ada siapa-siapa disana Sehun-ah. Jangan buatku parno sendiri. Jangan bercanda!” “aku tidak bercanda hyung, ini serius!” Sehun sedikit berbisik keras. “Memang kau melihat apa?” “wanita itu.. wanita itu.. selalu me.. mengikutiku se.. setiap aku kemari” “are you serious?” Sehun hanya mengangkuk pelan dan ia memberanikan diri menoleh dan melihat secara detail wanita yang mengikutinya.

“Wanita itu, memakai gaun serba putih, berambut panjang, kuku-kukunya yang tajam. Dengan tinggi menjulang, matanya merah padam dan memiliki senyum licik yang khas. Kedua sisi bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman yang memperlihatkan gigi-gigi runcing. Tapi, tarikan bibirnya hingga sampai ke ujung sisi-sisi matanya. Bibirnya sobek, darah yang mengalir segar dari sudut bibirnya kini menetes dilantai. Dan ia mulai berjalan mendekat kearah kita” mereka berdua berpandangan dan.. “LARIIII!!!!” teriaknya histeris.


1st floor of National Museum

“Huh.. huh.. huh..” duo SS alias Suho dan Sehun terengah-engah karena lari dari kejaran maut wanita mengerikan tadi. Mereka sedang mencoba menormalkan nafas yang memburu. Tapi, untuk kedua kalinya Sehun merasakan hawa panas dingin. “Aish, apa lagi ini?” seseorang tengah berdiri di balik artefak paleolitikum kuno yang terpampang disitu. “Suho hyung..” Sehun lagi-lagi menghela nafas berat dan mengalihkan pandangannya pada Suho. “A.. apa huh.. huh.. ada.. apa?” Suho masih sesenggukan mengambil napas. “Lelaki itu lagi” “lelaki siapa? Dan ada apa lagi?” “dibalik artefak kuno itu” Sehun kembali menggigil ketakutan. “Kenapa lagi? Jangan bilang kita akan lari lagi?” “sebaiknya begitu” “sebentar aku masih capek” “di.. di.. dia” “kenapa? Deskripsikan. Jika mengerikan wajahnya, kita lari lagi. Jika tidak, kita juga lari saja” “dia hanya lelaki biasa..” Suho menghela napas lega. “Tapi badannya tergantung dengan tali tambaga dari atas atap sana” “a.. apa? Di.. dia gantung diri?” “iya. Darahnya bercucuran dari leher dan lidahnya menjulur panjang.” Mereka lagi-lagi bertatapan dan ahkirnya, “baiklah.. kita.. LARII!!!!” Sehun dan Suho kembali melangkahkan kaki mereka dengan cepat hingga keluar museum. “Ia kenapa?” tanya salah satu petugas ketika melihat anak-anak tersebut berlarian. Petugas yang satunya hanya menggeleng tidak tahu.

Hyung.. lebih baik aku pulang sekarang! Aku masih shock! Dan jangan lupa lakukan saranku tadi! Fighting!” Sehun masih menumpukan kedua tangannya di kedua lutut dan berlangsung pergi. “Bye hyung~” “terimakasih ya sudah mau lari-lari bersama denganku dan atas saranmu!” teriak Suho dari jarak beberapa meter dan Sehun merespon dengan mengangkat ibu jari tangan kanannya ke udara.


At Their-Suho&Kai- House

Suho menapakkan kaki dirumahnya. Ia hanya mendengar suara televisi yang dibiarkan menyala. “Jangan-jangan tv itu menyala sejak aku pergi meninggalkan tadi?” pikirnya. Segera ia melangkahkan kaki dan akan meraih remote tv. Tapi keadaan semakin aneh. Tiba-tiba, “pip...” televisi tersebut padam seketika. Padahal remote tv-nya masih dalam jarak jangkauannya. “Ke.. kenapa aku merasa horror sendiri? Jangan.. jangan..” pikirannya mulai kacau gara-gara Sehun tadi. “Aishh.. pasti gara-gara bocah satu itu” Sehun yang dimaksudkan Suho.

Sebelum ia melangkah lebih jauh ke kamarnya, ia ingin melihat keadaan Kai. Mengapa ia sangat dingin terhadap kakaknya. Ia berjalan mendekat tepat didepan pintu kamar Kai, yang bertuliskan “don’t disturb me *lambang rolling stone*” “hahaha.. selalu saja” Suho tersenyum kecil melihat jika ia dulu sering sekali mengganggu Kai saat ia sedang berada didalam kamar.
Di raihnyalah gagang pintu berwarna putih transparan alias yang terbuat dari kaca tersebut. Didorongnya pelan.

“Cklek..”

Hening. Itu yang dirasakan. Tak ada seorang pun disana. “Apa mungkin Kai sedang ada di kamarku?” biasanya jika Kai sedang malas atau bosan, ia selalu naik keatas dan berjalan kekamar kakaknya. Menurutnya, kamar Suho adalah kamar yang perfect. Kamarnya rapih, bersih, memiliki banyak lukisan apik kakaknya, didominasi warna-warna kalem, nyaman ditempati, ada AC, TV flat 3D pula, PS milik Kai yang disita orang tuanya dan camera SLR ca*on keluaran terbaru serta lego milik kakaknya yang sudah tiada, yang disebelahnya diletakkan guci berisi abu dari tubuh kakaknya dulu yang dibakar.

“Cklek..”

Suara pintu yang sama. Benar apa katanya, ia menemukan Kai sedang tertidur dengan kedua tangannya sebagai tumpuan di meja kerja milik Suho. “K.. Kai” panggil Suho ragu. “...” masih belum ada jawaban. Mungkin ia tidak dengar. Suho memberanikan diri untuk mendekatinya. Ia ingin sekali memegang pundak Kai, tapi diurungkannya niatnya dan ia ingat saran dari Sehun tadi.
“Baiklah Kai, dengarkan aku ya. Aku tidak tahu salahku apa, aku tidak tahu mengapa kau ahkir-ahkir ini mendiamkan dan bersikap dingin padaku. Maaf, bila aku memiliki salah yang besar padamu, sekali lagi ma..” “hyung.. mengapa kau meninggalkanku?” Kai bangun dan menyela pembicaraannya. Tapi, pandangannya masih menatap kosong tembok putih di hadapannya. “A.. aku tidak meninggalkan mu Kai. Aku selalu bersamamu hingga kini.” “hyung.. kau berbohong! Kau meninggalkanku!” “K.. kai.. a.. aku..” Suho ingin mendekat kearah Kai. Namun Kai mencegahnya. “Jangan mendekat hyung! Kau tahu aku memiliki sixth sense sama seperti Sehun?” Suho hanya mengangguk. “Dan ini..” Kai mengangkat kalung yang mereka miliki sekeluarga. Kalung inisial nama masing-masing. “Hah? Ke.. kenapa?” Suho meraba-raba dadanya dan ia tidak sadar bahwa ia tidak memakai kalung keluarganya. Kai berbalik dan menatap Suho tajam. “Ke.. kenapa menatapku seperti itu?” “maaf hyung, gara-gara aku kau jadi begini” Kai menunduk dan tak sadar butiran kristal putih dari sudut matanya membasahi celana jeans yang ia kenakan. “Maaf untuk kejadian apa?” Suho nampak bingung. “Kecelakaan waktu itu, aku menyuruhmu datang cepat dan lihat, guci emas disebelah guci perak milik Lay hyung yang sudah meningalkan kita lebih dahulu. Itu adalah milikmu dan bekas bakaran tubuhmu ada didalamnya” “ma.. maksudmu?” Suho mulai ketakutan. “Kau.. sudah meninggalkan kami selamanya dan berpulang kerumah Bapa Yang Maha Kuasa. Bye hyung~ untuk selamanya” “K.. kai.. ja.. jadi aku su.. sudah ma.. mati?” Kai menatap Suho. Tergambar dari tatapannya ada rasa haru dan takut. Iya mengangguk. Kai kemudian terjatuh dari kursinya dan tersungkur di depan Suho. Ia menangis sekencang-kencangnya. “Hyung..!! kau.. kau tega sekali meninggalkan kami!! Hyung!! Aku, kami merindukan sosokmu dirumah.. dirumah ini hyung!!” ia tersedu-sedu.


At japanesse resto

Sehun-pun hanya menggindikkan bahunya. Waktu dua jam mereka habiskan dengan canda tawa dan makan. Yah, walaupun orang-orang disekitarnya merasa aneh dengan mereka. Salah seorang pelayan bertanya pada penjaga kasir disebelahnya. “Hei! Lelaki yang tadi dipanggil Sehun itu sedang berbicara dengan siapa?” “aku juga tidak tahu. Dia tampan tapi sedikit gila. Berbicara dan tertawa sendiri.” Pungkas penjaga kasir


At National Museum

“Ia kenapa?” tanya salah satu petugas ketika melihat anak-anak tersebut berlarian. Petugas yang satunya hanya menggeleng tidak tahu. “Ia juga sedang berlari dengan siapa? Apakah lelaki itu gila?” tunjuk petugas tadi pada Sehun. “Molla~” jawab petugas satunya.


Back to Their House

“Kai, ayo kita pindah nak. Ayah tidak tega melihatmu sendiri tanpa hyung-mu dan selalu sedih seperti ini” Kris, ayah dari Suho dan Kai memasuki kamar Suho dan merangkul anaknya tersebut. “A.. ayah.. can you see me?” Suho meneteskan air mata dan berusaha untuk meraih ayah yang ia cintai. Kai dan Kris kemudian berbalik. “Selamat tinggal anak-ku” “selamat tinggal Lay hyung dan pasti Suho hyung” senyum haru merekah diwajah keduanya.


END

Huaaa.. gimana ff nya? Gaje? Absurd? Ato malah alayy? Okelah.. saran, kritik dan komentar nya ya bokk soalnya aye baru nih .... kata-kata alias nasihat sehun untuk suho tadi itu juga ada di film hollywood tersebut yang berjudul jeng..jeng..jeng..jeng.. sixth sense. Ehehee.. dan maap kalo banyak salah. cerita tersebut hanya fiktif belaka, hanya akting dan menggunakan bahan-bahan lunak(?) *berasa OVJ aja* terimakasihhh.. annyeong.. muwahh :*






 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar